Senin, 24 September 2012

SUPER MODEL PART 2 ^CERBUNG CAIK^

“Stress banget berhadapan sama si duo NRG itu!!” Geram Oik ketika ia sudah berada di kamar Ify. Ify yang sedang membaca majalah sedari tadi pun mengalihkan pandangannya kepada Oik.
            “Memangnya kenapa Ik???” Tanya Ify. Oik segera mendekat kepada Ify.
            Oik pun menceritakan kronologis pertengkaran kecil antara Elang dan Cakka yang membuat dirinya merasa dikacangin oleh dua bersaudara yang sudah mengontraknya itu.
            “Aneh! Jadi kerjaan lo apa??” Ujar Ify. Oik menghela nafasnya sebelum berkata.
            “Kita bakal ke Pantai Parai Tenggiri lusa, pemotretan buat iklan gitu, dan lo harus ikut.” Ujar Oik. Ify hanya manggut- manggut.
            “Berapa hari kita di sana?” Tanya Ify lagi.
            “Seminggu tiga hari, dan Cakka menolak banget tentang itu.” Jawab Oik.
            “Yes, I know! Tapi, kayaknya bakal seru juga nantinya, kerja sambil liburan. Wowowowoww! Elang baik banget ya.” Ujar Ify, Oik hanya memutar bola matanya melihat tingkah sahabatnya ini.
            “Okey, deh gue mau cuci muka dulu ya...” Ujar Oik lalu beranjak ke kamar mandi meninggalkan Ify yang masih sibuk dengan khayalannya.
            ***
            “Cepetan Kka!!! Oik udah nunggu di bandara,” seru Elang dari ruang makan, sementara Cakka masih sibuk mempersiapkan barang bawaannya.
            “Sabar bro!!!!” balas Cakka. Elang hanya bisa menarik nafas panjang melihat tingkah adik satu- satunya ini yang memang terkesan lelet dan bertele- tele. Hari ini mereka akan bertolak ke Bangka belitung sesuai dengan rencana mereka sebelumnya, pada akhirnya Cakka pun memutuskan untuk mengikuti perkataan Elang, seminggu tiga hari di pantai parai tenggiri dan membatalkan janji liburannya dengan Nadya.
            Setelah beberapa menit menunggu Cakka pun datang dengan sebuah koper besar dan kamera DSLR tergantung di lehernya.
            “Udah beresnya semuanya???” Tanya Elang.
            “Udah, sekarang pamitan lo sama nyokap, gue tadi udah,” Ujar Cakka lalu beranjak meninggalkan Elang.
            ***
            “Mereka kemana sih, Ik??? Seriusan kan mau ke Belitung???” Entah sudah yang keberapa kalinya pertanyaan itu dilontarkan oleh Ify sejak sejam yang lalu.
            “Sabar Fy, mungkin jalanan macet jadi  mereka agak telat datangnya.” Ujar oik dengan santai, ia masih sibuk dengan aktivitasnya yaitu berdandan.
            Ify kembali menatap jam tangan coklat yang melingkar manis ditangannya, ia cukup gelisah karena keterlambatan kakak beradik rekan kerja mereka itu. “Gue bakal pulang kalo 10 menit lagi mereka ga datang!”  Oik hanya bergidik ngeri mendengar perkataan Ify.
            Tiba- tiba dari kejauhan Elang dan Cakka terlihat sedang berlari- lari menuju mereka. Cakka tampak kewalahan membawa kopernya. Oik yang melihat pemandangan itu pada akhirnya tidak mampu menahan tawanya.
            “Ha... Haiii!!! Hhhh.. udahh... lama nunggunya???” Tanya Elang yang masih sibuk mengatur nafasnya.
            “Lumayan sih... kru yang lain sampai bosan nungguin kalian!” Ujar Oik sambil memoleskan lipstick ke bibirnya yang sensual itu, melihat pemandangan itu, Cakka terkesiap dan terpaku sejenak, jantungnya serasa dipompa lebih kencang. Sesaaat pandangannya tidak beralih dari Oik.
            “Oke Kka, urusan check in gue serahin ke elo!” Ujar Elang membuyarkan lamunan Cakka. Dengan segera Elang menyerahkan selembar kertas dan langsung diterima oleh Cakka.
            “Asal yang kayak gini nih, gue kena apesnya!” Ujar Cakka lalu melengos pergi ke customer service. Sementara Elang hanya terkekeh.
            “Cakka bakal sama kita seminggu tiga hari full bareng kita atau ngga???” Tanya Oik.
            “Cakka bakal full bareng kita di sana, gue menang setelah berdebat panjang sama dia semalam.” Ujar Elang. Oik hanya menggelengkan kepalanya. Tak lama kemudian Cakka pun datang sambil bertelepon, mungkin dengan Nadya.
            “Dari siapa Kka??” Tanya Elang ketika melihat Cakka sudah menyimpan handphone- nya ke dalam saku celananya.
            “Dari Nadya, dia kecewa banget gue ngebatalin rencana jalan- jalan gue sama dia.” Ujar Cakka dengan raut wajah sedih. Elang langsung menepuk pundak Cakka.
            “Ga usah sedih bro! Kita bakal Have fun disana...” ujarnya.
            Cakka hanya menghela nafas panjang, entah mengapa melihat raut wajah Cakka yang seperti itu, hati Oik terasa ngilu, ikut merasakan kesedihan Cakka. Ia menatap lama wajah tampan Cakka yang sedang tertunduk sedih.
            “Em.. ehem, aku rasa lebih baik Cakka tiga hari aja disana, kasihan Nadya nantinya.” Tukas Oik. Cakka mendongakkan kepalanya dan menatap Oik dengan tatapan paling  innoncent sedunia. Oik hanya mengernyitkan dahinya.
            “Thanks tapi, itu ga dibutuhkan lagi semua udah batal,” Ujar Cakka dengan lemas.   Oik hendak menanggapi perkataan Cakka namun, suara yang berasal dari pengeras suara yang menggema di ruang tunggu memaksa mereka untuk segera naik ke pesawat.
            Di dalam pesawat pun Oik terus menerus memandangi Cakka yang sedari tadi hanya melamun, menatap lurus ke bawah tanpa memperhatikan yang disekitarnya.
            “Lhhaaa??? Gue kok jadi mikirin Cakka sih??? Arrrgghh... itu urusan dia sama cewenya kok jadi lo yang stress sih, Ik???” geramnya dalam hati. Akhirnya ia pun memilih untuk memperhatikan pramugari yang sedari tadi sedang memberikan pengarahan kepada para penumpang.
            ***
            Oik segera meletakkan kopernya disudut dekat lemari pakaian yang terdapat di kamar itu. Begitu juga dengan Ify dan Sivia. Mereka sudah sampai di cottege sekitar 2 jam yang lalu. Setelah meletakkan koper masing- masing, Sivia dan Ify memilih untuk tidur, sedangkan Oik memilih untuk berjalan- jalan menyusuri pantai.
            Pantai Parai Tenggiri, memang indah, pasirnya yang putih, serta warna airnya yang bening masih sangat terjaga. Siapapun pasti akan selalu ingin kembali ke tempat ini. Oik tersenyum melihat betapa indahnya pantai tempat ia berpijak sekarang, sambil sesekali membidik pemandangan yang indah itu dengan kamera ponselnya. Tiba- tiba matanya terantuk pada seorang laki- laki yang juga sedang sibuk membidik pemandangan pantai ini sama seperti dirinya, dan nampaknya ia tahu siapa lelaki itu.
            “Gue ngga nyangka ternyata lo tuh seorang model! Bahkan bisa dibilang super model.” Ujar Cakka -Laki- laki- itu tanpa mengalihkan pandangannya dari bidikannya. Oik mendengus kesal tadinya, ia berharap bisa menjalin kerjasama yang baik dengan laki- laki yang akan menjadi fotografernya ini, tapi kelihatannya Cakka belum bersedia bekerjasama dengannya.
            “Ohya??? Gue juga ngga nyangka cowo yang membentak- bentak gue ternyata adalah orang yang bakal jadi fotografer gue Wawww... Sesuatu banget yahhh” Balas Oik dengan sengit. Cakka menatap Oik dengan tajam. Begitu juga dengan Oik.
            “Gue ngga tau apa kita bisa bekerjasama dengan baik atau engga, tapi gue harap selama kita jadi partner lo bisa bersikap lebih baik ke gue!” Oik cukup terkejut mendengar perkataan Cakka, ia agak tersinggung dengan perkataan Cakka
            “Waww, bersikap baik ke elo??? Memangnya lo udah bersikap baik gitu ke gue??? Hellow, dengan lo ngomong kayak gini aja, lo udah GA BERSIKAP BAIK sama gue!!!” Balas Oik tak kalah pedasnya, dan sebelum Cakka hendak protes dan membalas perkataannya Oik pun segera meninggalkan Cakka yang sudah sangat kesal dengan sikapnya.
            “Tuh cewe memang rese banget!” geram Cakka.
            ***
            Sore ini pemadangan di Pantai Parai Tenggiri sangat indah, deburan ombaknya, warna oranye yang terlukis di langit serta burung camar yang berterbangan di atas laut bersatu padu menjadi sebuah lukisan alam yang sangat menakjubkan. Ify sedang bersantai di teras cottege sambil memandangi karya alam yang disajikan Sang Pencipta. Tiba- tiba matanya terantuk pada siluet laki- laki yang sedang  berjalan di pinggiran pantai, Ify sedikit menyipitkan matanya dan ia pun tersenyum ketika mengetahui siapa laki- laki tersebut.
            Ify segera melangkahkan kakinya menuju laki- laki tersebut, bermaksud menemui laki- laki itu.
            “Hai Elang,” sapa Ify kepada laki- laki tersebut yang ternyata adalah Elang.
            “Hai juga Fy, jalan- jalan juga?” Tanya Elang sambil memamerkan senyum manisnya. Sesaat hati Ify berdesir melihat senyum Elang.
            “Begitulah, bosan di cottege.” Jawab Ify. Mereka pun menyusuri pinggiran pantai bersama- sama. Keheningan pun meliputi mereka berdua.
            “Mmm... Kapan sesi pemotretannya dimulai???” Tanya Ify memecahkan keheningan.
            “Besok kita mulai sesi pemotretan yang pertama, aku harap  Oik beristirahat cukup malam ini.” Ify menganggukkan kepalanya menanggapi perkataan Elang.
            “Yapps... Aku pastikan Oik istirahat cukup malam ini, biar dia bisa fresh besok,” tambah Ify.
***
            Terlihat beberapa kru sedang berlalu- lalang di atas hamparan pasir putih pantai tersebut. Hari ini sepertinya akan dimulai sesi pemotretan yang pertama. Semua sibuk dengan pekerjaan masing- masing. Ada yang mengangkat peralatan, memasang arus listrik untuk lampu pencahayaan, Cakka sendiri sedang sibuk mengutak- atik kameranya. Sementara di sudut lain Oik masih dimake- up.
            “Pagi Ik..” sapa Sivia yang baru saja tiba di lokasi pemotretan. Oik menyunggingkan senyumnya ketika mendapati sahabatnya.
            “Pagi juga Via, lo kok baru nyampe sih??? Ify mana???”  tanya Oik.
            “dia masih di kamar lagi beres- beres! Oh iya gue kenalan sama cowo lho, tadi..” Ujar Sivia dengan wajah yang berseri- seri.
            “Ohyaa?? Siapa???” Tanya Oik.
            “Namanya Gabrel biasa dipanggil Iel, manis lho dianya!”
            Oik hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang satu ini. Sivia sedang jatuh cinta dan Oik sangat paham dengan keadaan sahabatnya itu.
            “Ik, pemotretan udah mau dimulai kok lo masih aja ngegosip sama Via sih!!!” Seru Ify ketika baru saja tiba di tempat Oik.
            “Sabar Fy, dia masih dimake- up tuh!” Sivia mengedikkan bahunya menunjuk Oik.
            “Ya udah makanya buruan, nanti Elang marah baru tahu rasa!” tukas Ify. Ia pun memilih untuk duduk dan membaca majalah fashion yang tergeletak diatas sebuah meja.
            Beberapa menit kemudian Oik pun sudah selesai didandan, mereka pun segera menuju lokasi pemotretan. Tiba-  tiba entah mengapa semua menjadi hening, mereka seperti terhipnotis ketika melihat Oik berjalan menuju mereka. Kru- kru, Elang bahkan Cakka tidak kuasa melepaskan pandangan mereka dari Oik.
            Ify dan Sivia tertawa kecil melihat ekspresi orang- orang yang berada disekitar lokasi pemotretan tersebut. Sementara Oik sendiri kelihatan tidak peduli dengan orang- orang yang berada disekitarnya ia asyik dengan pikirannya sendiri.
            “Kka.. Maksud lo cewe rese yang hampir nabrak lo itu, dia???” Tanya Ray tanpa melepaskan pandangannya dari Oik. Cakka tidak menggubris pertanyaan Ray. Ia masih betah melihat Oik yang saat itu sedang mengenakan gaun pantai berwarna putih ala dewi bintari. Rambut panjangnya tergerai indah dan serta merta ditiup lembut oleh angin semakin menambah pesona yang terpancar dari diri Oik.
            “Eheemmm, aku rasa pemotretannya udah bisa dimulai deh Lang,” ujar Ify sambil menepuk pelan pundak Elang. Elang langsung tersadar dari keterpesonaan(?) nya lalu segera memberi aba- aba kepada para kru. Cakka sendiri langsung menemui Oik yang sepertinya sedang merapikan rambutnya.
            “Gue harap untuk kali ini lo bisa lupain permasalahan kita.” Ujar Cakka dengan tegas. Oik menatap cakka dengan pandangan yang sulit diartikan.
            “Lucu banget sih lo! Dari kemarin lo kayaknya niat banget ya, mengungkit- ungkit masalah itu,” jawab Oik. Cakka mencengkram lengan Oik dengan kasar dan hal itu membuat Oik sedikit terkejut melihat perlakuan Cakka.
            “Hei, gue sama sekali nggak ada niat buat mengungkit masalah kita, gue cuma pengen kita bisa bekerjasama dengan baik, itu saja!” Oik mulai ketakutan melihat ekspresi Cakka pada saat itu. Dengan kasar dan sekali sentakan Oik melepaskan lengannya dari cengkraman Cakka dengan kasar pula.
            Setelah keadaan sedikit lebih baik, tapi masih tetap saja berseteru. Cakka memberi pengarahan kepada Oik, mereka berusaha bersikap profesional.
            “Nah, oke deh kita mulai sesi pemotretannya yaa,” gantian Cakka sekarang yang memberi aba- aba kepada para kru.
            “Oke Oik, seperti yang aku bilang tadi senyum kamu harus lebar yaa...” Ujar Cakka. Oik menganggukkan kepalanya dan mulai menarik sudut bibirnya membentuk sebuah busur berupa senyuman. Cakka tampak puas melihat senyum Oik itu, dan....
            “1.... 2..... 3.... ” suara kamera Cakka pun mulai terdengar beberapa kali dan Oik pun sepertinya mulai sibuk mengatur pose nya sesuai dengan petunjuk dari Cakka sebelumnya.
            Tak terasa sesi pemotretan yang pertama sudah dirampungkan selama kurang lebih 1 jam dan besok adalah jadwal syuting iklannya, Oik berjalan menemui Ify dan Sivia yang sedang duduk- duduk dibawah payung pantai sambil menikmati panasnya matahari.
            “Gilaaaaa!!!! Gue capek Fy!! Can you bring me a softdrink???” Ujar Oik. Tetapi, belum sempat Ify mengambilkannya, sebuah tangan sudah terulur dihadapan wajah Oik sambil menggenggam sekaleng munuman bersoda. Oik segera mengalihkan pandangannya kepada si empunya tangan tersebut dan dia adalah.....
            “Ca.. Cakka???”
            “Yaa,its me! Kenapa???” Tanya Cakka yang heran melihat ekspresi wajah Oik. Oik mengernyitkan dahinya, ia sedang berpikir apa maksud dari tindakan Cakka kali ini. “Ngomong- ngomong nih, ambil dong minuman yang ada ditangan gue, ini buat lo! Gue tahu elo pasti kehausan makanya gue bawain,” tambah Cakka lagi, kali ini Oik menerimanya dengan sebuah senyuman tulus.
            “Thanks ya Kka,”
            “Yuppp, sama- sama! Oke deh gue mau nyamperin mas El dulu ya,” Pamit Cakka lalu meninggalkan Oik.
            “Kok, dia jadi baik gitu sih???” Gumam Oik dengan pelan.
            ***
            “Besok, jadwal syutingnya, malam ini lo harus lebih banyak jam tidurnya, jangan sampai mata lo besok jadi berkantung, paham???” Ujar Ify dengan tegas. Oik hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari majalah fashion yang ada ditangannya.
            Sesaat kemudian, Ify pun meninggalkan Oik, dan gantianlah Sivia yang datang menemui Oik.
            “Si Ify ngomong apa sama lo???” Tanya Sivia lalu segera duduk di samping Oik.
            “Dia bilang, gue harus banyak istirahat soalnya besok syuting iklan! Aduuhh, suer deh Vi, gue capek banget! Pengen refreshing!!!” gerutu Oik sambil  melemparkan majalah yang ada ditangannya ke lantai. Sivia cukup kaget dengan reaksi Oik.
            “Yaa, tapi ini kan sudah jadi resiko dari pekerjaan lo,Ik. Sabar aja lagi,” Oik menghela nafas panjang.
            “Gue mau keluar cari udara segar. Lo mau ikut nggak???” Tanya Oik dan hendak beranjak pergi.
            “Aduh, Ik... Kalo ketahuan Ify bisa gawat kita!!!” Sivia berusaha mencegah Oik. Tetapi, kelihatannya Oik bersikeras ingin keluar malam ini. Dan apa daya Sivia? Ia hanya bisa menghela nafas panjang dan membiarkan Oik memenuhi keinginannya.
            Kemudian Oik pun mengambil cardigannya yang tersampir di balik pintu kamarnya, lalu beranjak meninggalkan cottege.
            Jika boleh jujur, Oik sudah sangat ketakutan. Bayangkan berjalan sendiri di tepian pantai yang dekat dengan kafe- kafe malam dan dalam kegelapan tentu saja. Hanya lampu- lampu kafe lah penerang di sepanjang jalan itu.
            “Adduuhh, nyesel juga gue ga ngikutin sarannya Via...” Gumam Oik. Ia memeluk badannya sendiri yang sedari tadi sudah cukup merinding. Akhirnya ia pun memutuskan untuk kembali ke cottege. Namun, tiba- tiba sebuah tangan menariknya lalu membekapnya. Oik meronta berusaha melepaskan diri dari cengkraman si empunya tangan.
            Orang tersebut kemudian membawa Oik masuk ke dalam salah satu cottege, disaat itulah pikiran- pikiran buruk mulai berkelebat di benak Oik. Ia semakin ketakutan dan panik tentunya. Apalagi keadaan saat itu gelap total di luar maupun di dalam cottege. Oik pun merasa ada yang mendorongnya dan ia pun jatuh terhempas ke sebuah sofa yang ada di ruangan gelap tersebut.
            “Siapa lo?!?!?! Lo jangan coba macam- macam sama gue yaa!!!! Kalo elo macam- macam gue bakal teriak. Tidak ada jawaban dari orang tersebut, sedangkan Oik tidak bisa melihat siapa sosok tersebut karena ruangannya sangat gelap.
            “Woooii, ada orang nggak sih????” Seru Oik dengan suara yang mulai bergetar. Oik pun mulai mendengar suara langkah kaki mulai mendekatinya, Oik semakin takut.
            “Sayang banget ya, gue ga bisa melihat ekspresi lo malam ini,” bisik orang tersebut, sejenak Oik terperanjat ketika mendengar suara orang tersebut.
            “Gue tahu lo siapa!!!” Seru Oik tiba- tiba, secara samar orang tersebut tersenyum kecil.
            “Ohyaa??? Lo bisa bilang ke gue, siapa gue???” tantang orang tersebut.
            “CAKKA NURAGA!!!!!!” teriak Oik, sampai orang yang ternyata Cakka tersebut menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya.
            “Bisa nggak lo, nggak teriak- teriak???? Sakit nih telinga gue dengerinnya!” Seru Cakka. Oik yang betul- betul marah dan merasa dirinya telah dikerjai akhirnya memilih untuk bangkit dari sofa lalu mendorong Cakka dengan keras hingga terjatuh di lantai.
            Oik segera melangkahkan kakinya di dalam ruangan yang gelap tersebut hendak mencari saklar lampu, namun, karena ruangannya memang gelap gulita ia tersandung tubuh Cakka dan terjatuh tepat diatas tubuh Cakka.
            Sejenak Oik bisa mencium aroma parfum Hugo Boss menari- nari didekat indra penciumannya, dan ia sedikit terbuai, begitu juga dengan Cakka, wangi shampoo yang berasal dari rambut Oik, bersatu padu dengan oksigen dan terhirup olehnya, lalu dialirkan melalui darah sehingga sadar tidak sadar membuat jantung Cakka terasa dipompa lebih cepat dari sebelumnya.
            Tiba- tiba Oik merasakan sesuatu yang lembab dan basah menyentuh sudut bibirnya, hal ini membuatnya cukup terkejut, lalu segera bangkit berdiri, diikuti juga dengan Cakka. Cakka pun segera berjalan menuju saklar lampu, dan sedetik kemudian ruangan tersebut menjadi terang.
            “Heeh!!! Maksud lo bawa gue kesini apa?? Lo mau memperkosa gue ya?!?!?!” Tanya Oik dengan tatapan tajam, Cakka tertawa kecil.
            “Tadinya gue mau bikin surprise buat elo, sebagai permintaan maaf gue soal masalah kita, dan sekaligus buat membangun relasi and chemistry antara kita sebagai partner kerja,” jawab Cakka dengan tenang. Oik jadi salah tingkah menyadari kesalahpahamannya.
            “Tapi, kayaknya lo nggak mau menerima permintaan maaf gue, jadi sorry karena udah membuat lo merasa terganggu dan--  ketakutan!” Cakka langsung tertawa keras begitu mengucapkan kata ‘ketakutan’. Oik semakin merasa malu dan langsung beranjak meninggalkan Cakka yang masih saja tertawa.
            Sesaat setelah kepergian Oik, Cakka terdiam ia mengusap halus bibirnya yang tadi sempat menyentuh sudut bibir Oik dengan jari kemudian mengecapnya.
            “Waawww, rasa strawberry nih kayaknya,” gumam Cakka.

            ***