“Stress banget berhadapan sama si duo NRG itu!!” Geram Oik
ketika ia sudah berada di kamar Ify. Ify yang sedang membaca majalah
sedari tadi pun mengalihkan pandangannya kepada Oik.
“Memangnya kenapa Ik???” Tanya Ify. Oik segera mendekat kepada Ify.
Oik pun menceritakan kronologis pertengkaran kecil antara Elang dan
Cakka yang membuat dirinya merasa dikacangin oleh dua bersaudara yang
sudah mengontraknya itu.
“Aneh! Jadi kerjaan lo apa??” Ujar Ify. Oik menghela nafasnya sebelum berkata.
“Kita bakal ke Pantai Parai Tenggiri lusa, pemotretan buat iklan gitu,
dan lo harus ikut.” Ujar Oik. Ify hanya manggut- manggut.
“Berapa hari kita di sana?” Tanya Ify lagi.
“Seminggu tiga hari, dan Cakka menolak banget tentang itu.” Jawab Oik.
“Yes, I know!
Tapi, kayaknya bakal seru juga nantinya, kerja sambil liburan.
Wowowowoww! Elang baik banget ya.” Ujar Ify, Oik hanya memutar bola
matanya melihat tingkah sahabatnya ini.
“Okey, deh gue
mau cuci muka dulu ya...” Ujar Oik lalu beranjak ke kamar mandi
meninggalkan Ify yang masih sibuk dengan khayalannya.
***
“Cepetan Kka!!! Oik udah nunggu di bandara,” seru Elang dari ruang
makan, sementara Cakka masih sibuk mempersiapkan barang bawaannya.
“Sabar bro!!!!” balas Cakka. Elang hanya bisa menarik nafas panjang
melihat tingkah adik satu- satunya ini yang memang terkesan lelet dan
bertele- tele. Hari ini mereka akan bertolak ke Bangka belitung sesuai
dengan rencana mereka sebelumnya, pada akhirnya Cakka pun memutuskan
untuk mengikuti perkataan Elang, seminggu tiga hari di pantai parai
tenggiri dan membatalkan janji liburannya dengan Nadya.
Setelah beberapa menit menunggu Cakka pun datang dengan sebuah koper besar dan kamera DSLR tergantung di lehernya.
“Udah beresnya semuanya???” Tanya Elang.
“Udah, sekarang pamitan lo sama nyokap, gue tadi udah,” Ujar Cakka lalu beranjak meninggalkan Elang.
***
“Mereka kemana sih, Ik??? Seriusan kan mau ke Belitung???” Entah sudah
yang keberapa kalinya pertanyaan itu dilontarkan oleh Ify sejak sejam
yang lalu.
“Sabar Fy, mungkin jalanan macet jadi
mereka agak telat datangnya.” Ujar oik dengan santai, ia masih sibuk
dengan aktivitasnya yaitu berdandan.
Ify kembali
menatap jam tangan coklat yang melingkar manis ditangannya, ia cukup
gelisah karena keterlambatan kakak beradik rekan kerja mereka itu. “Gue
bakal pulang kalo 10 menit lagi mereka ga datang!” Oik hanya bergidik
ngeri mendengar perkataan Ify.
Tiba- tiba dari
kejauhan Elang dan Cakka terlihat sedang berlari- lari menuju mereka.
Cakka tampak kewalahan membawa kopernya. Oik yang melihat pemandangan
itu pada akhirnya tidak mampu menahan tawanya.
“Ha... Haiii!!! Hhhh.. udahh... lama nunggunya???” Tanya Elang yang masih sibuk mengatur nafasnya.
“Lumayan sih... kru yang lain sampai bosan nungguin kalian!” Ujar Oik
sambil memoleskan lipstick ke bibirnya yang sensual itu, melihat
pemandangan itu, Cakka terkesiap dan terpaku sejenak, jantungnya serasa
dipompa lebih kencang. Sesaaat pandangannya tidak beralih dari Oik.
“Oke Kka, urusan check in
gue serahin ke elo!” Ujar Elang membuyarkan lamunan Cakka. Dengan
segera Elang menyerahkan selembar kertas dan langsung diterima oleh
Cakka.
“Asal yang kayak gini nih, gue kena apesnya!”
Ujar Cakka lalu melengos pergi ke customer service. Sementara Elang
hanya terkekeh.
“Cakka bakal sama kita seminggu tiga hari full bareng kita atau ngga???” Tanya Oik.
“Cakka bakal full bareng kita di sana, gue menang setelah berdebat
panjang sama dia semalam.” Ujar Elang. Oik hanya menggelengkan
kepalanya. Tak lama kemudian Cakka pun datang sambil bertelepon, mungkin
dengan Nadya.
“Dari siapa Kka??” Tanya Elang ketika melihat Cakka sudah menyimpan handphone- nya ke dalam saku celananya.
“Dari Nadya, dia kecewa banget gue ngebatalin rencana jalan- jalan gue
sama dia.” Ujar Cakka dengan raut wajah sedih. Elang langsung menepuk
pundak Cakka.
“Ga usah sedih bro! Kita bakal Have fun disana...” ujarnya.
Cakka hanya menghela nafas panjang, entah mengapa melihat raut wajah
Cakka yang seperti itu, hati Oik terasa ngilu, ikut merasakan kesedihan
Cakka. Ia menatap lama wajah tampan Cakka yang sedang tertunduk sedih.
“Em.. ehem, aku rasa lebih baik Cakka tiga hari aja disana, kasihan
Nadya nantinya.” Tukas Oik. Cakka mendongakkan kepalanya dan menatap Oik
dengan tatapan paling innoncent sedunia. Oik hanya mengernyitkan
dahinya.
“Thanks tapi, itu ga dibutuhkan lagi semua
udah batal,” Ujar Cakka dengan lemas. Oik hendak menanggapi perkataan
Cakka namun, suara yang berasal dari pengeras suara yang menggema di
ruang tunggu memaksa mereka untuk segera naik ke pesawat.
Di dalam pesawat pun Oik terus menerus memandangi Cakka yang sedari
tadi hanya melamun, menatap lurus ke bawah tanpa memperhatikan yang
disekitarnya.
“Lhhaaa??? Gue kok jadi mikirin Cakka
sih??? Arrrgghh... itu urusan dia sama cewenya kok jadi lo yang stress
sih, Ik???” geramnya dalam hati. Akhirnya ia pun memilih untuk
memperhatikan pramugari yang sedari tadi sedang memberikan pengarahan
kepada para penumpang.
***
Oik
segera meletakkan kopernya disudut dekat lemari pakaian yang terdapat di
kamar itu. Begitu juga dengan Ify dan Sivia. Mereka sudah sampai di
cottege sekitar 2 jam yang lalu. Setelah meletakkan koper masing-
masing, Sivia dan Ify memilih untuk tidur, sedangkan Oik memilih untuk
berjalan- jalan menyusuri pantai.
Pantai Parai
Tenggiri, memang indah, pasirnya yang putih, serta warna airnya yang
bening masih sangat terjaga. Siapapun pasti akan selalu ingin kembali ke
tempat ini. Oik tersenyum melihat betapa indahnya pantai tempat ia
berpijak sekarang, sambil sesekali membidik pemandangan yang indah itu
dengan kamera ponselnya. Tiba- tiba matanya terantuk pada seorang laki-
laki yang juga sedang sibuk membidik pemandangan pantai ini sama seperti
dirinya, dan nampaknya ia tahu siapa lelaki itu.
“Gue
ngga nyangka ternyata lo tuh seorang model! Bahkan bisa dibilang super
model.” Ujar Cakka -Laki- laki- itu tanpa mengalihkan pandangannya dari
bidikannya. Oik mendengus kesal tadinya, ia berharap bisa menjalin
kerjasama yang baik dengan laki- laki yang akan menjadi fotografernya
ini, tapi kelihatannya Cakka belum bersedia bekerjasama dengannya.
“Ohya??? Gue juga ngga nyangka cowo yang membentak- bentak gue ternyata
adalah orang yang bakal jadi fotografer gue Wawww... Sesuatu banget
yahhh” Balas Oik dengan sengit. Cakka menatap Oik dengan tajam. Begitu
juga dengan Oik.
“Gue ngga tau apa kita bisa bekerjasama dengan baik atau engga, tapi gue harap selama kita jadi partner lo bisa bersikap lebih baik ke gue!” Oik cukup terkejut mendengar perkataan Cakka, ia agak tersinggung dengan perkataan Cakka
“Waww, bersikap baik ke elo??? Memangnya lo udah bersikap baik gitu ke
gue??? Hellow, dengan lo ngomong kayak gini aja, lo udah GA BERSIKAP
BAIK sama gue!!!” Balas Oik tak kalah pedasnya, dan sebelum Cakka hendak
protes dan membalas perkataannya Oik pun segera meninggalkan Cakka yang
sudah sangat kesal dengan sikapnya.
“Tuh cewe memang rese banget!” geram Cakka.
***
Sore ini pemadangan di Pantai Parai Tenggiri sangat indah, deburan
ombaknya, warna oranye yang terlukis di langit serta burung camar yang
berterbangan di atas laut bersatu padu menjadi sebuah lukisan alam yang
sangat menakjubkan. Ify sedang bersantai di teras cottege sambil
memandangi karya alam yang disajikan Sang Pencipta. Tiba- tiba matanya
terantuk pada siluet laki- laki yang sedang berjalan di pinggiran
pantai, Ify sedikit menyipitkan matanya dan ia pun tersenyum ketika
mengetahui siapa laki- laki tersebut.
Ify segera melangkahkan kakinya menuju laki- laki tersebut, bermaksud menemui laki- laki itu.
“Hai Elang,” sapa Ify kepada laki- laki tersebut yang ternyata adalah Elang.
“Hai juga Fy, jalan- jalan juga?” Tanya Elang sambil memamerkan senyum
manisnya. Sesaat hati Ify berdesir melihat senyum Elang.
“Begitulah, bosan di cottege.” Jawab Ify. Mereka pun menyusuri
pinggiran pantai bersama- sama. Keheningan pun meliputi mereka berdua.
“Mmm... Kapan sesi pemotretannya dimulai???” Tanya Ify memecahkan keheningan.
“Besok kita mulai sesi pemotretan yang pertama, aku harap Oik
beristirahat cukup malam ini.” Ify menganggukkan kepalanya menanggapi
perkataan Elang.
“Yapps... Aku pastikan Oik istirahat cukup malam ini, biar dia bisa fresh besok,” tambah Ify.
***
Terlihat beberapa kru sedang berlalu- lalang di atas hamparan pasir
putih pantai tersebut. Hari ini sepertinya akan dimulai sesi pemotretan
yang pertama. Semua sibuk dengan pekerjaan masing- masing. Ada yang
mengangkat peralatan, memasang arus listrik untuk lampu pencahayaan,
Cakka sendiri sedang sibuk mengutak- atik kameranya. Sementara di sudut
lain Oik masih dimake- up.
“Pagi Ik..” sapa
Sivia yang baru saja tiba di lokasi pemotretan. Oik menyunggingkan
senyumnya ketika mendapati sahabatnya.
“Pagi juga Via, lo kok baru nyampe sih??? Ify mana???” tanya Oik.
“dia masih di kamar lagi beres- beres! Oh iya gue kenalan sama cowo
lho, tadi..” Ujar Sivia dengan wajah yang berseri- seri.
“Ohyaa?? Siapa???” Tanya Oik.
“Namanya Gabrel biasa dipanggil Iel, manis lho dianya!”
Oik hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang satu ini. Sivia
sedang jatuh cinta dan Oik sangat paham dengan keadaan sahabatnya itu.
“Ik, pemotretan udah mau dimulai kok lo masih aja ngegosip sama Via
sih!!!” Seru Ify ketika baru saja tiba di tempat Oik.
“Sabar Fy, dia masih dimake- up tuh!” Sivia mengedikkan bahunya menunjuk Oik.
“Ya udah makanya buruan, nanti Elang marah baru tahu rasa!” tukas Ify.
Ia pun memilih untuk duduk dan membaca majalah fashion yang tergeletak
diatas sebuah meja.
Beberapa menit kemudian Oik pun
sudah selesai didandan, mereka pun segera menuju lokasi pemotretan.
Tiba- tiba entah mengapa semua menjadi hening, mereka seperti
terhipnotis ketika melihat Oik berjalan menuju mereka. Kru- kru, Elang
bahkan Cakka tidak kuasa melepaskan pandangan mereka dari Oik.
Ify dan Sivia tertawa kecil melihat ekspresi orang- orang yang berada
disekitar lokasi pemotretan tersebut. Sementara Oik sendiri kelihatan
tidak peduli dengan orang- orang yang berada disekitarnya ia asyik
dengan pikirannya sendiri.
“Kka.. Maksud lo cewe rese
yang hampir nabrak lo itu, dia???” Tanya Ray tanpa melepaskan
pandangannya dari Oik. Cakka tidak menggubris pertanyaan Ray. Ia masih
betah melihat Oik yang saat itu sedang mengenakan gaun pantai berwarna
putih ala dewi bintari. Rambut panjangnya tergerai indah dan serta merta
ditiup lembut oleh angin semakin menambah pesona yang terpancar dari
diri Oik.
“Eheemmm, aku rasa pemotretannya udah bisa
dimulai deh Lang,” ujar Ify sambil menepuk pelan pundak Elang. Elang
langsung tersadar dari keterpesonaan(?) nya lalu segera memberi aba- aba
kepada para kru. Cakka sendiri langsung menemui Oik yang sepertinya
sedang merapikan rambutnya.
“Gue harap untuk kali ini
lo bisa lupain permasalahan kita.” Ujar Cakka dengan tegas. Oik menatap
cakka dengan pandangan yang sulit diartikan.
“Lucu
banget sih lo! Dari kemarin lo kayaknya niat banget ya, mengungkit-
ungkit masalah itu,” jawab Oik. Cakka mencengkram lengan Oik dengan
kasar dan hal itu membuat Oik sedikit terkejut melihat perlakuan Cakka.
“Hei, gue sama sekali nggak ada niat buat mengungkit masalah kita, gue
cuma pengen kita bisa bekerjasama dengan baik, itu saja!” Oik mulai
ketakutan melihat ekspresi Cakka pada saat itu. Dengan kasar dan sekali
sentakan Oik melepaskan lengannya dari cengkraman Cakka dengan kasar
pula.
Setelah keadaan sedikit lebih baik, tapi masih
tetap saja berseteru. Cakka memberi pengarahan kepada Oik, mereka
berusaha bersikap profesional.
“Nah, oke deh kita mulai sesi pemotretannya yaa,” gantian Cakka sekarang yang memberi aba- aba kepada para kru.
“Oke Oik, seperti yang aku bilang tadi senyum kamu harus lebar yaa...”
Ujar Cakka. Oik menganggukkan kepalanya dan mulai menarik sudut bibirnya
membentuk sebuah busur berupa senyuman. Cakka tampak puas melihat
senyum Oik itu, dan....
“1.... 2..... 3.... ” suara
kamera Cakka pun mulai terdengar beberapa kali dan Oik pun sepertinya
mulai sibuk mengatur pose nya sesuai dengan petunjuk dari Cakka
sebelumnya.
Tak terasa sesi pemotretan yang pertama
sudah dirampungkan selama kurang lebih 1 jam dan besok adalah jadwal
syuting iklannya, Oik berjalan menemui Ify dan Sivia yang sedang duduk-
duduk dibawah payung pantai sambil menikmati panasnya matahari.
“Gilaaaaa!!!! Gue capek Fy!! Can you bring me a softdrink???”
Ujar Oik. Tetapi, belum sempat Ify mengambilkannya, sebuah tangan sudah
terulur dihadapan wajah Oik sambil menggenggam sekaleng munuman
bersoda. Oik segera mengalihkan pandangannya kepada si empunya tangan
tersebut dan dia adalah.....
“Ca.. Cakka???”
“Yaa,its me!
Kenapa???” Tanya Cakka yang heran melihat ekspresi wajah Oik. Oik
mengernyitkan dahinya, ia sedang berpikir apa maksud dari tindakan Cakka
kali ini. “Ngomong- ngomong nih, ambil dong minuman yang ada ditangan
gue, ini buat lo! Gue tahu elo pasti kehausan makanya gue bawain,”
tambah Cakka lagi, kali ini Oik menerimanya dengan sebuah senyuman
tulus.
“Thanks ya Kka,”
“Yuppp, sama- sama! Oke deh gue mau nyamperin mas El dulu ya,” Pamit Cakka lalu meninggalkan Oik.
“Kok, dia jadi baik gitu sih???” Gumam Oik dengan pelan.
***
“Besok, jadwal syutingnya, malam ini lo harus lebih banyak jam
tidurnya, jangan sampai mata lo besok jadi berkantung, paham???” Ujar
Ify dengan tegas. Oik hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya
dari majalah fashion yang ada ditangannya.
Sesaat kemudian, Ify pun meninggalkan Oik, dan gantianlah Sivia yang datang menemui Oik.
“Si Ify ngomong apa sama lo???” Tanya Sivia lalu segera duduk di samping Oik.
“Dia bilang, gue harus banyak istirahat soalnya besok syuting iklan!
Aduuhh, suer deh Vi, gue capek banget! Pengen refreshing!!!” gerutu Oik
sambil melemparkan majalah yang ada ditangannya ke lantai. Sivia cukup
kaget dengan reaksi Oik.
“Yaa, tapi ini kan sudah jadi resiko dari pekerjaan lo,Ik. Sabar aja lagi,” Oik menghela nafas panjang.
“Gue mau keluar cari udara segar. Lo mau ikut nggak???” Tanya Oik dan hendak beranjak pergi.
“Aduh, Ik... Kalo ketahuan Ify bisa gawat kita!!!” Sivia berusaha
mencegah Oik. Tetapi, kelihatannya Oik bersikeras ingin keluar malam
ini. Dan apa daya Sivia? Ia hanya bisa menghela nafas panjang dan
membiarkan Oik memenuhi keinginannya.
Kemudian Oik pun mengambil cardigannya yang tersampir di balik pintu kamarnya, lalu beranjak meninggalkan cottege.
Jika boleh jujur, Oik sudah sangat ketakutan. Bayangkan berjalan
sendiri di tepian pantai yang dekat dengan kafe- kafe malam dan dalam
kegelapan tentu saja. Hanya lampu- lampu kafe lah penerang di sepanjang
jalan itu.
“Adduuhh, nyesel juga gue ga ngikutin
sarannya Via...” Gumam Oik. Ia memeluk badannya sendiri yang sedari tadi
sudah cukup merinding. Akhirnya ia pun memutuskan untuk kembali ke
cottege. Namun, tiba- tiba sebuah tangan menariknya lalu membekapnya.
Oik meronta berusaha melepaskan diri dari cengkraman si empunya tangan.
Orang tersebut kemudian membawa Oik masuk ke dalam salah satu cottege,
disaat itulah pikiran- pikiran buruk mulai berkelebat di benak Oik. Ia
semakin ketakutan dan panik tentunya. Apalagi keadaan saat itu gelap
total di luar maupun di dalam cottege. Oik pun merasa ada yang
mendorongnya dan ia pun jatuh terhempas ke sebuah sofa yang ada di
ruangan gelap tersebut.
“Siapa lo?!?!?! Lo jangan coba
macam- macam sama gue yaa!!!! Kalo elo macam- macam gue bakal teriak.
Tidak ada jawaban dari orang tersebut, sedangkan Oik tidak bisa melihat
siapa sosok tersebut karena ruangannya sangat gelap.
“Woooii, ada orang nggak sih????” Seru Oik dengan suara yang mulai
bergetar. Oik pun mulai mendengar suara langkah kaki mulai mendekatinya,
Oik semakin takut.
“Sayang banget ya, gue ga bisa
melihat ekspresi lo malam ini,” bisik orang tersebut, sejenak Oik
terperanjat ketika mendengar suara orang tersebut.
“Gue tahu lo siapa!!!” Seru Oik tiba- tiba, secara samar orang tersebut tersenyum kecil.
“Ohyaa??? Lo bisa bilang ke gue, siapa gue???” tantang orang tersebut.
“CAKKA NURAGA!!!!!!” teriak Oik, sampai orang yang ternyata Cakka
tersebut menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya.
“Bisa nggak lo, nggak teriak- teriak???? Sakit nih telinga gue
dengerinnya!” Seru Cakka. Oik yang betul- betul marah dan merasa dirinya
telah dikerjai akhirnya memilih untuk bangkit dari sofa lalu mendorong
Cakka dengan keras hingga terjatuh di lantai.
Oik
segera melangkahkan kakinya di dalam ruangan yang gelap tersebut hendak
mencari saklar lampu, namun, karena ruangannya memang gelap gulita ia
tersandung tubuh Cakka dan terjatuh tepat diatas tubuh Cakka.
Sejenak Oik bisa mencium aroma parfum Hugo Boss menari- nari didekat
indra penciumannya, dan ia sedikit terbuai, begitu juga dengan Cakka,
wangi shampoo yang berasal dari rambut Oik, bersatu padu dengan oksigen
dan terhirup olehnya, lalu dialirkan melalui darah sehingga sadar tidak
sadar membuat jantung Cakka terasa dipompa lebih cepat dari sebelumnya.
Tiba- tiba Oik merasakan sesuatu yang lembab dan basah menyentuh sudut
bibirnya, hal ini membuatnya cukup terkejut, lalu segera bangkit
berdiri, diikuti juga dengan Cakka. Cakka pun segera berjalan menuju
saklar lampu, dan sedetik kemudian ruangan tersebut menjadi terang.
“Heeh!!! Maksud lo bawa gue kesini apa?? Lo mau memperkosa gue
ya?!?!?!” Tanya Oik dengan tatapan tajam, Cakka tertawa kecil.
“Tadinya gue mau bikin surprise buat elo, sebagai permintaan maaf gue
soal masalah kita, dan sekaligus buat membangun relasi and chemistry
antara kita sebagai partner kerja,” jawab Cakka dengan tenang. Oik jadi
salah tingkah menyadari kesalahpahamannya.
“Tapi,
kayaknya lo nggak mau menerima permintaan maaf gue, jadi sorry karena
udah membuat lo merasa terganggu dan-- ketakutan!” Cakka langsung
tertawa keras begitu mengucapkan kata ‘ketakutan’. Oik semakin merasa
malu dan langsung beranjak meninggalkan Cakka yang masih saja tertawa.
Sesaat setelah kepergian Oik, Cakka terdiam ia mengusap halus bibirnya
yang tadi sempat menyentuh sudut bibir Oik dengan jari kemudian
mengecapnya.
“Waawww, rasa strawberry nih kayaknya,” gumam Cakka.
***
Cerbungnya cuman segitu ?lanjut lagii dong , Cakka sama Oik akhirnya gimana ? Ada part berikutnya enggak ? Makasih :)
BalasHapus