Senin, 16 Juli 2012

Gerak pada Tumbuhan

nah, tadi tuh kita dapat tugas biologi membahas tentang gerak pada tumbuhan, dan inilah sebagian jenis geraknya yang kami dapatkannnnn :)
  1. 1. Gerak Nasti
Gerak nasti adalah gerak bagian tubuh tumbuhan yang arahnya tidak ditentukan atau ditujukan ke atau dari sumber rangsang. Rangsang tersebut dapat berupa sentuhan, suhu, cahaya, dan kelembaban. berdasarkan jenis rangsang yang memengaruhi, gerak nasti dibedakan menjadi termonasti, seismonasti, niktinasi, dan nasti kompleks.

a. Termonasti
Termonasti merupakan gerak bagian tubuh tumbuhan karena pengaruh rangsang berupa suhu. Contoh termonasti yang terjadi di daerah dingin, misalnya bunga tulip dan bunga crokus yang membuka karena pengaruh suhu. Bunga-bunga tersebut mengembang jika mengalami kenaikan suhu. Jika suhu menurun maka bunga-bunga tersebut akan menutup lagi.

b. Fotonasti
Fotonasti adalah gerak yang melibatkan sebagian atau seluruh bagian tumbuhan karena pengaruh rangsang berupa cahaya.
Contoh fotonasti adalah menguncupnya bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) pada waktu matahari terbenam.

c. Seismonasti
Seismonasti adalah gerak bagian tubuh tumbuhan karena pengaruh rangsang sentuhan atau getaran. Contoh seismonasti adalah gerak menutupnya daun putri malu ketika disentuh. Untuk memahami pengertian gerak seismonasti pada tumbuhan dapat kamu lakukan dengan mengamati tanaman putri malu (Mimosa pudica). Daun tanaman putri malu disentuh maka daun tersebut akan menutup seperti layu. Sentuhan merupakan salah satu rangsang dari luar terhadap gerakan daun tanaman putri malu. Arah menutupnya daun akibat sentuhan adalah tetap walaupun rangsang sentuhannya berbeda.

d. Niktinasti
Gerak niktinasti (nyktos = malam) adalah gerak bagian tubuh tumbuhan karena pengaruh rangsang dari lingkungan di malam hari. Contoh gerak niktinasti adalah gerak menutupnya daun tumbuhan yang tergolong tumbuhan polong (Leguminoceae) pada menjelang malam hari. Gerak ini disebabkan oleh perubahan tekanan turgor sel-sel pada jaringan di dalam persendian daun.

e. Nasti kompleks
Gerak nasti kompleks adalah gerakan sebagian tubuh tumbuhan yang disebabkan oleh lebih dari satu macam rangsang. Contoh gerak nasti kompleks adalah gerak membuka dan menutupnya stomata karena pengaruh cahaya matahari, zat kimia, dan air. Pernahkah kamu mengamati mekarnya bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) dan pohon waru (Hibiscus tiliaceus) dipengaruhi oleh cahaya dan suhu.
Membukanya stomata.

2. GERAK TROPISME
Tropisme (tropos = balik) adalah gerak bagian tubuh tumbuhan menuju atau menjauhi rangsang. Tropisme yang menuju sumber rangsang merupakan gerak positif, sedangkan yang menjauhi rangsang adalah negatif. Berdasarkan jenis rangsang yang memengaruhinya, tropisme dapat dibedakan menjadi fototropisme, kemotropisme, hidrotropisme, geotropisme,dan tigmotropisme.
 
 a. Fototropisme
Fototropisme atau heliotropisme adalah gerak tumbuhan yang terjadi akibat pengaruh arah datangnya rangsang berupa cahaya.

Fototropisme dibagi menjadi dua, yaitu:
1)     fototropisme positif, adalah gerak tanaman menuju ke arah datangnya cahaya. Contoh: Ujung batang bunga matahari yang membelok menuju ke arah datangnya cahaya.
Tumbuhan tumbuh kearah datangnya cahaya
Bunga Matahari (Helianthus annuus) selalu mengikuti arah cahaya matahari
2)     Fototropisme negatif, adalah gerak tanaman atau bagian tanaman menjauhi arah datangnya cahaya. contoh: gerak ujung akar yang menjauhi arah datangnya cahaya.

3. GERAK TAKSIS
Gerak nasti yang dikemukakan di atas merupakan gerak akibat perbedaan kecepatan perubahan tekanan turgor, sedangkan gerak tropisme merupakan gerak akibat tumbuh. Kedua gerak tersebut bukan merupakan gerak pindah tempat. Pada beberapa jenis tumbuhan tingkat rendah ada yang dapat melakukan gerak berpindah tempat. Gerak ini disebut gerak taksis. Gerak taksis adalah gerak seluruh bagian tubuh tumbuhan menuju atau menjauhi rangsang. Gerak yang menuju ke arah datangnya rangsang disebut taksis positif, sedangkan gerak yang menjauhi rangsang disebut taksis negatif. Berdasarkan jenis rangsang yang memengaruhinya, taksis dapat dibedakan menjadi fototaksis dan kemotaksis.

a. Fototaksis
Fototaksis adalah gerak pindah tempat seluruh bagian tubuh tumbuhan karena pengaruh rangsang cahaya. Contoh :
  1. Euglena yang dikenai cahaya akan bergerak pindah tempat menuju ke arah datangnya cahaya.
  2. Gerak kloroplas ke sisi sel yang memperoleh cahaya.
b. Kemotaksis
kemotaksis adalah gerak seluruh tubuh tumbuhan karena pengaruh rangsang zat kimia.
contoh:
  1. Bakteri oksigen yang bergerak ke tempat-tempat yang banyak mengandung oksigen.
  2. Spermatozoid pada arkegonium lumut-lumutan dan paku-pakuan yang bergerak karena tertarik oleh zat gula atau protein. (Menurut klasifikasi Whittaker, organisme-organisme pada contoh di atas tidak termasuk kingdom plantae).
C. Gerak Higroskopis
Gerak higroskopis adalah gerak bagian tubuh tumbuhan karena pengaruh perubahan kadar air di dalam sel sehingga terjadi pengerutan yang tidak merata. Gerak higroskopis ini merupakan gerak bagian-bagain tanaman yang tidak hidup lagi. Contoh gerak higroskopis antara lain merekahnya kulit buah-buahan yang sudah kering pada tumbuhan polong-polongan, membukanya dinding sporangium (kotak spora) paku-pakuan, serta membentang dan menggulungnya gigi-gigi pristoma pada sporangium lumut. Pecahnya kulit buah polong-polongan (lamtoro, kembang merak, kacang buncis, kacang kedelai). Hal ini disebabkan berkurangnya air pada kulit buah. Kulit buah menjadi kering, retak dan akhirnya pecah sehingga bijinya terpental ke luar. Pecahnya kulit buah dan terpentalnya biji sebenarnya merupakan cara tumbuhan tersebut memencarkan alat perkembangbiakannya. Gerak higroskopis juga terjadi pada membukanya kotak spora (sporangium) tumbuhan paku (Pteridophyta) dan lumut (Bryophyta).

Rabu, 11 Juli 2012

LOVE THAT CAN'T BE ERASED [FF]

    Kalau aku bisa mengulang,
    Aku ingin mengulang hari itu, hari dimana aku mengenalmu,
    Dan mulai mencintaimu
    Saranghae...


    ***
    Kyuhyun P.O.V
    “Bagaimana bisa ini terjadi??? Arrrghh, Jong Hyun kerjanya hanya merepotkan saja.”Geramku sambil mengacak- acak rambutku yang pirang ini. Perkenalkan namaku Kyuhyun, Cho Kyuhyun lebih tepatnya. Aku sedang kesal saat ini, sangat sangat kesal. Jong Hyun yang sudah aku percayakan untuk menjaga toko rotiku beberapa hari ini berulah. Bayangkan saja ia menghajar pelanggan toko rotiku hanya karena pelanggan tersebut menuntut ganti rugi karena ia mengalami sakit perut ketika selesai makan roti di toko rotiku dan terpaksa, aku harus membayar ganti rugi dan biaya pengobatannya. Hffft.. mengesalkan!
    Aku berjalan dengan kekesalan yang sudah menumpuk di kepalaku saat ini, Setiap orang yang ku temui di jalan menatapku heran. Tiba- tiba ketika aku hendak melewati sebuah gudang tua, aku mendengar suara rintihan seseorang yang sepertinya berasal dari gudang tua itu. Aku segera memberhentikan langkahku dan dengan perlahan melangkah menuju gudang itu.
    Rupanya suara seorang yeoja, dengan cepat aku segera membuka pintu gudang tersebut dan mendapati yeoja itu sedang merintih kesakitan karena kakinya berdarah! Aku cukup merinding melihatnya, dengan segera aku menggendongnya dan membawanya ke rumahku.
    ***
    Sesampainya di rumah, aku langsung membawanya ke salah satu kamar di rumahku itu lalu membaringkannya di tempat tidur, selama di perjalanan terus merintih kesakitan dan itu sangat membuatku khawatir. Aku segera mengambil kotak obat- obatan dan membersihkan lukanya lalu membakutnya dengan perban.
    “Gomawo...” Ucap yeoja malang itu.
    “Ne,” jawabku singkat, aku masih berkonsentrasi membalut kakinya dengan perban.
    “Siapa namamu?” Tanya yeoja itu, sambil sesekali merintih menahan sakit di kakinya.
    “Kyuhyun, Cho Kyuhyun.”
    “Aku, Seo Joo Hyun, panggil saja Seo hyun” aku mengangkat kepalaku  untuk menatap matanya, matanya yang bening membuatku seperti jatuh ke dalamnya.
    “Bagaimana bisa kau terluka seperti ini??” Tanyaku setelah aku selesai membalut lukanya.
    Seo Hyun masih terdiam, ia menggigit bibirnya. Sepertinya ia bingung ingin menjawab apa.
    “A.. aku terjatuh dan kakiku jadi seperti ini,” Dia kelihatan gugup ketika menjawab pertanyaanku.
    “Aissh, tidak mungkin karena jatuh! Lukamu ini seperti luka penganiayaan,”
    “A.. Aniyo, ini murni karena aku terjatuh. Ya sudah kalau kau tidak percaya,”
    Aku kembali menatap Seo Hyun, mencoba menelitinya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Seo hyun tiba- tiba menatapku, dan aku langsung salah tingkah.
    “Kyuhyun- ah bisakah kau ambilkan air putih untukku? Aku haus sekali..” Ujar Seo hyun aku mengangguk lalu beranjak ke dapur hendak mengambilkan air putih untuknya. Beberapa menit kemudian aku kembali dan melihat Seo hyun sedang berjalan tertatih ke jendela.
    Aku mengikutinya dari belakang dan menuntunnya dengan tangan kiriku, karena tangan satunya lagi sedang memegang gelas. Seo hyun menoleh ke belakang dan tersenyum. Aiggoo, senyumnya manis sekali! Dan tiba- tiba aku merasakan jantungku berdegup tak karuan. Aku segera menyodorkan gelas yang berada ditanganku kepadanya.
    “Gomawo,” ucapnya lagi. Aku hanya tersenyum.
    Tiba- tiba ponselku berdering ada panggilan dari Jong Hyun dan nampaknya aku harus pergi lagi.
    “Seo hyun, aku harus pergi, ada sedikit masalah di toko rotiku,” Ujarku lalu mengambil jaket yang aku letakan di atas meja. “Jaga dirimu baik- baik, aku pulang sekitar jam 5 nanti.” Ujarku. Seo hyun hanya mengangguk, dan aku pun pergi.
    ***
     Jam menunjukkan pukul 6 ketika aku sampai di rumah, aku langsung menuju kamar ingin menemui Seo hyun, tapi ia sama sekali tidak menemukan Seo hyun.
    “Seo hyun- ah! Seo hyun- ah!” Aku berteriak sambil mengitari seisi rumahku. Aku mencarinya di taman belakang, tidak ada. Di ruang keluarga pun tidak ada, di kamar mandi? Aku tidak mendengar suara gemericik air sedikit pun. Atau jangan- jangan ia sudah pulang?
    Tiba- tiba aku mendengar suara wajan dan sendok goreng di dapur. Ya, aku belum melihat ke dapur. Aku pun melangkah ke dapur dan memang benar Seo hyun di dapur, ia sedang memasak makan malam sepertinya.
    “Ada yang bisa aku bantu?”
    “Oppa, kau sudah pulang?? Aaa, tidak ini sudah hampir selesai duduklah di ruang makan. Aku segera datang,” Tanpa menunggu perkataannya lagi, aku segera pergi menuju ruang makan. Dan benar saja 5 menit kemudian Seo hyun datang dengan semangkuk sup kimchi ia berjalan masih dengan langkah yang diseret.
    “Seharusnya kau tidak perlu repot- repot seperti ini,” ujarku dengan nada khawatir, Seo hyun lagi- lagi hanya tersenyum.
    “Tidak apa, aku merasa tidak enak nantinya kalau aku tidak mengerjakan sesuatu di rumah ini,” balasnya. Kami pun kemudian makan malam sambil bercerita. Seo hyun ternyata ada putri seorang pengusaha pabrik kertas, ibunya seorang seniman yang kini sedang berada di Jepang.
    “Kau putri tunggal???” Tanyaku kepada Seo hyun.
    “Anni... Aku punya seorang eonni tapi dia sedang berada di Amerika sekarang.” Jawabnya. Aku hanya mengangguk mengerti.
    “Seo hyun, aku tadi membeli beberapa pakaian untukmu, nanti ambil saja di kamarku,” ucapku. Seo hyun memiringkan kepalanya dan menatapku dengan pandangan yang sulit ku artikan.
    “Oppa, kau baik sekali... Aku tidak tahu bagaimana harus membalasnya.” Ujarnya dengan serius. Aku hanya tertawa mendengar pernyataannya.
    “Gwechanayo, sudah.. habiskan makananmu,” ujarku dan kami pun kembali makan.
    ***
    “Oppa, hari ini kau ke toko???” Tanya Seo hyun ketika melihatku yang tengah bersiap- siap.
    “Tentu, kalau tidak Jong hyun pasti akan membuat masalah lagi,” jawabku. Seo hyun hanya tertawa.
    “Oppa, boleh aku ikut???” Tanya Seo hyun lagi.
    “Mwo??? Ikut??? Tapi, kakimu....” perkataanku langsung dipotong oleh Seo hyun.
    “Tidak masalah oppa, ayolah izinkan aku ikut ke toko, siapa tahu aku bisa membantu disana.” Ujar Seo hyun sambil menggoyang- goyangkan lenganku.
    “Aisssh, baiklah kalau begitu, cepat ganti bajumu,” Jawabku pada akhirnya. Jujur aku tidak tahan melihat wajahnya yang begitu memelas tadi. Setelah aku menunggu agak lama, akhirnya ia muncul juga dan kami pun berangkat  ke toko.
    ***
    “Annyeong Haseo, nama saya Seo hyun, salam kenal..” Sapa Seo hyun ketika berhadapan dengan jong hyun, Yesung dan Lee teuk –sahabat- sahabat Kyuhyun-
    “Ne, saya Lee teuk..”
    “Jong hyun,”
    “Yesung,”
    Mereka pun memperkenalkan dirinya masing- masing, lalu setelahnya kembali ke pekerjaan masing- masing.
    “Mereka ramah, apa mereka semua sahabatmu???” Tanya Seo hyun.
    “Ne, lebih tepatnya mereka saudara- saudaraku.” Jawabku lalu kemudian mengajak dia ke ruanganku. Sesampainya di ruanganku, ia pun duduk di sofa da vinci yang ada di ruanganku itu.
    “Oppa.. Aku suka ruanganmu sangat menarik, pasti nilai artistiknya tinggi.” Ujar Seo hyun, pandangannya menyapu seluruh isi ruanganku ini.
    “Gomawo, aku sangat suka jika ada yang memuji ruanganku.” Jawabku sambil memamerkan deretan gigi putihku.
    “Oppa, tunjukkan padaku tempat pembuatan rotinya, aku ingin belajar membuat roti,” Ujar Seo hyun. Aku pun tersenyum lalu mengajaknya ke tempat pembuatan roti yang terletak dibawah toko rotiku.
    “Itu Yesung! Apakah dia pembuat roti disini???” Tanya Seo hyun kepadaku.
    “Ya, sudah hampir 3 tahun kami bekerja sama, roti buatannya enak. Kalau ingin belajar membuat roti silahkan belajar padanya.” Ujarku, Seo hyun segera menemui Yesung dan kelihatannya Yesung bersedia mengajari Seo hyun sedikit cara membuat roti.
    Aku tersenyum melihat wajahnya yang tampak gembira sekali ketika membuat roti. Tiba- tiba aku ingin sekali lebih dekat dengannya, mengenalnya lebih dalam, dan melindunginya. Tiba- tiba Seohyun membangunkanku dari angan- anganku tentang dirinya.
    “Oppa, aku sudah bisa membuat roti!!! Ini semua karena ajaran dari Yesung!!!” Ujar Seo hyun dengan semangat, aku segera berjalan menuju mereka.
    “Anni, itu semua karena ketekunanmu, baru kali ini aku melihat ada gadis sepertimu yang mau repot- repot belajar membuat roti. Zaman sekarang pekerjaan gadis- gadis hanya memandangi poster idola mereka” Ujar Yesung sambil membersihkan tangannya dengan kain lap yang selalu ada di celemeknya.
    Seo hyun hanya tertawa, ia memandangi roti- roti buatannya, lalu kemudian memasukkannya ke dalam panggangan.
    “Baiklah Seo hyun, aku akan memberitahumu jika rotinya sudah matang,” Ujar Yesung. Seo hyun pun membungkuk pada Yesung sebagai tanda hormat, Yesung pun begitu.
    ***
    “Oppa, gomawo. Hari ini aku senang sekali bisa mengenalmu, toko rotimu, juga sahabat- sahabatmu itu.”  Ujar Seo hyun sambil menggandeng lenganku, saat ini kami sedang dalam perjalanan menuju rumah.
    “Sama- sama aku juga senang bisa mengajakmu ke toko rotiku,” Ujarku sambil mengelus puncak kepalanya.
    Tak terasa kami pun akhirnya tiba juga di rumah ia, segera menuju kamarnya sementara aku menuju kamarku. Di kamar aku tidak langsung tidur, aku masih memikirkan sesuatu tentang Seo hyun yang aku rasa sedikit misterius. Apa yang terjadi pada dirinya sehingga ia bisa terluka ketika aku menemukannya? Dan juga ia sepertinya tertutup ketika aku menanyakan tentang keluarganya dan bagaimana bisa ia terlempar sampai ke tempatku ini yang jelas- jelas terletak dipinggiran kota?
    Berbagai pertanyaan berkecamuk di dalam benakku saat ini. Seo hyun, meskipun cantik, dan menarik. Tapi, ada sisi lain yang misterius pada dirinya. Oh, iya jika aku menanyakan tentang keluarganya, ia seperti ketakutan.
    “Aaaargghh,...” Aku menggeram sambil meremas rambutku. Aku merasa sudah jatuh cinta padanya, itulah mengapa aku ingin mengenalnya lebih dalam lagi dan mencari tahu banyak hal tentang dirinya. Akhirnya mataku tidak dapat berkompromi lagi, aku pun mulai menutup mataku dan berkelana di dunia mimpi.
    ***
    Di gudang tua....
    “Sepertinya ini kalung nona Seo hyun, berarti dia berada tidak jauh dari sini.” Ujar salah seorang pria berkumis kepada seorang lagi.
    “Ne, besok pagi kita harus melakukan pencarian.” Ujar yang seorang lagi. Mereka pun kemudian pergi meninggalkan gudang itu.
    ***
    “Seo hyun, aku pergi dulu untuk belanja yaa,” Ujarku kepada Seo Hyun yang sedang memasak di dapur.
    “Ne, Oppa! Hati- hati di jalan...” Jawabnya setelah itu aku pun pergi.
    ***
    Seo Hyun P.O.V
    Kyuhyun sudah pergi ke toko roti dan tinggallah aku sendirian di rumah, untuk menghilangkan kebosanan, aku memilih memasak di dapur untuk makan siang nanti. Kyuhyun kasihan sekali berarti selama ini, ia harus tinggal sendirian di rumahnya. Tidak ada yang memasak untuknya, mencuci pakaiannya, dan juga membersihkan rumahnya. Dan entah kenapa, aku semakin ingin lebih lama tinggal di rumahnya, bersamanya, membantunya dan juga menemaninya selalu dan kapan saja.
    Ting nong....
    Aku mendengar suara bel dibunyikan, menandakan ada tamu. Aku segera menuju pintu depan dan bermaksud untuk membukakan pintu, namun, sebelumnya aku mengintip terlebih dulu, dan betapa terkejutnya aku ketika melihat siapa yang datang! Aku sangat mengenal mereka, sejak aku berumur 16 tahun! Mereka bodyguardku yang pasti diperintahkan appa, untuk mencariku, tidak! Aku tidak ingin pulang!
    Suara bel itu semakin lama semakin memekakkan telingaku. Mereka semakin gencar membunyikan bel itu, mungkin karena aku tak kunjung membukakan pintu untuk mereka. Tiba- tiba salah satu dari mereka mengintip lewat jendela dan aku tidak bisa berkelit lagi, slah satu dari mereka sudah melihatku, dengan cepat aku menutup tirai jendela itu dan segera berlari ke loteng, karena mereka sepertinya berusaha untuk mendobrak pintu rumah ini.
    “Nona Seo hyun kami tahu nona di dalam keluarlah!!!!!” Teriak mereka, aku semakin cepat berlari dan tepat ketika pintu itu berhasil didobrak mereka, aku pun sudah berada di dalam kamar di loteng atas, dan dengan segera aku kunci kamar itu dengan sebuah palang, dan aku yakin mereka pasti tidak akan bisa menerobos pintu ini.
    “Nona!!!!! Nona harus pulang sekarang juga, Mr. Choi Siwon sudah sangat menunggu nona!!!” Mereka masih berteriak, dan mulai menyebut- nyebut nama Siwon, laki- laki yang sangat aku benci! Laki- laki itu, atau lebih tepatnya Choi Siwon yang sok berkuasa itu adalah laki- laki yang akan dijodohkan denganku, aku tidak suka dengannya dia playboy, jahat, kejam dan satu lagi sok berkuasa! Apalagi kami dijodohkan hanya karena kakeknya pernah menolong kakekku, ini tidak bisa ku terima dengan akal sehat.
    Langkah kaki mereka terdengar mendekati tempat persembunyianku sekarang. Perlahan aku mulai memejamkan mataku, menutup telingaku dengan kedua tanganku dan menenggelamkan kepalaku diantara kedua lututku.
    “Nona!!! Kami tahu nona ada didalam, buka pintunya atau kami akan dobrak dari luar!!!” Ujar salah seorang dari mereka setengah berteriak, jujur saja, meski pintu ini sudah diganjal dengan sebuah palang, aku tetap ketakutan. Pasalnya mereka ini kuat. Sepertinya aku mulai pasrah dengan keadaanku sekarang.
    Pintu mulai didobrak oleh mereka, dan aku semakin ketakutan. Aku sudah mulai membayangkan pintu sudah berhasil dibuka dan aku akan diseret keluar dan dibawa ke hadapan Choi Siwon.
    “Oppa... Oppa.. tolong aku!” gumamku dengan pelan, aku seperti berusaha meminta bantuan Kyuhyun saat ini. Sementara itu, mereka semakin gencar mendobrak pintu itu. Sampai aku mendengar suara seseorang seperti membentak mereka.
    “Apa yang kalian lakukan di rumahku???????” Tanya suara itu yang aku yakini adalah suara Kyuhyun. “CEPAT KATAKAN APA YANG KALIAN LAKUKAN DI RUMAHKU???” Kali ini Kyuhyun berteriak. Dan selanjutnya aku mendengar langkah kaki mereka menjauhi tempatku. Kedengarannya mereka sudah pergi dan meninggalkan rumah ini, dan aku tidak tahu kapan mereka akan kembali.
    “Seo hyun, buka pintunya! Mereka sudah pergi,” ujar Kyuhyun dari luar. Aku mulai berjalan menuju pintu dengan kondisi yang masih shock. Aku membuka palang pintu itu, dan pintu pun terbuka, tanpa aba- aba Kyuhyun langsung menarikku ke dalam pelukannya dan aku mulai menangis di dalam pelukannya.
    “Oppa!!! Aku takut!!!” Ujarku sambil terus menangis. Aku merasakan tangannya mulai mengelus rambutku dengan halus.
    “Tenanglah, mereka sudah pergi dari sini, tenanglah.” Aku masih menangis, dan ia masih tetap mengelus rambutku.
    ***
    Kyuhyun P.O.V
    Aku sangat terkejut dengan kedatangan dua orang pria berbadan besar dan tegap tadi ke rumahku, apalagi ketika melihat mereka sedang mencoba mendobrak pintu kamar loteng. Perasaanku langsung tidak enak, lalu kemudian mengusir mereka.
    “Tadinya, aku kesini ingin mengambil ponselku yang ketinggalan di atas tempat tidurku, tapi aku malah menemui kejadian seperti ini,” ujarku sambil tetap mengelus rambutnya. Sekarang kami sudah berada di ruang tengah dan sedang duduk di atas sofa, ia masih tetap memelukku dengan erat mungkin masih ketakutan. “Kalau aku boleh tahu, siapa mereka?” Lanjutku lagi.
    Seo hyun terisak sebelum akhirnya menjawab pertanyaanku, “Mereka adalah pengawalku, yang disewa Choi Siwon untuk mengikutiku kemana pun.”
    “Siapa dia??”
    “Calon suamiku. Tapi, aku tidak mencintainya sama sekali, kami dijodohkan hanya karena  kakeknya pernah menolong kakekku! Aku tidak mau!!!” Ia semakin mempererat pelukannya.
    “Wae????” Tanyaku lagi.
    “Dia playboy! Sok berkuasa! Jahat!”
    Sejujurnya aku terkejut ketika mengetahui bahwa ia sudah dijodohkan. Aku hanya bisa memeluknya dengan erat.
    “Di hari kau menemukanku, aku sedang kabur saat itu, Ia hendak mengurungku dan aku kabur dari rumah, selanjutnya aku terserempet mobil di jalan dekat gudang tua itu.” Jelasnya dan kini aku mulai bisa membaca situasi ini.
    “Tapi saat ini seharusnya  kau mulai belajar mencintainya, bagaimana pun juga kalian sudah dijodohkan,” ujarku, ia mulai mengangkat kepalanya dan menatapku.
    “Tidak bisa oppa, aku sudah mencintai orang lain,” jawabnya. Aku mulai bingung.
    “Siapa namja yang kau cintai itu??” tanyaku dengan lembut.
    “Orang yang ku cintai itu adalah kau,” Aku terkejut mendengar pernyataannya. Jujur sebenarnya aku juga mencintainya, sejak aku pertama kali menemukannya di gudang tua itu.
    “Mianhae, aku tahu tidak seharusnya aku mencintaimu, karena aku yakin kau sudah mencintai yeo—“ Aku langsung mengkunci bibirnya dengan bibirku sebelum ia melanjutkan perkataannya. Setelah beberapa menit aku melepaskan bibirku dari bibirnya lalu menariknya kembali ke dalam pelukanku.
    “Tidak! Aku tidak mencintai yeoja lain. Aku mencintaimu, sejak pertemuan pertama kita,” ujarku setengah berbisik.
    “Saranghae,” ujarnya dengan pelan.
    ***
    Seo hyun P.O.V
    Aku senang mendengarkan pernyataan Kyuhyun yang ternyata mencintaiku juga, secara tidak langsung kami sudah menjadi sepasang kekasih saat ini, dan kalau seandainya aku bisa memilih, aku ingin menikah dan tinggal bersama Kyuhyun saja daripada dengan menikah dengan Siwon.
    “Oppa, kau tidak kembali ke toko roti lagi???”
    “Aniyo, aku ingin menemanimu disini chagi,” jawabnya sambil tetap memelukku. Aku semakin menenggelamkan diriku ke dalam pelukannya. Aku sangat nyaman di dalam pelukannya dan akan selalu nyaman, dan inilah yang membuatku tidak ingin berpisah dengannya.
    “Oppa, bagaimana kalau nanti malam kita makan di atas atap, aku dengar langit malam ini akan penuh bintang,” ujarku.
    “Mwo??? Di atas atap???” Kali ini ia menatapku dengan matanya yang sudah membulat.
    “Ayolah Oppa!!!” Aku mulai merengek manja dihadapannya dan ia tertawa melihat tingkahku yang seperti anak- anak.
    “Ne, aku setuju! Aku akan menelepon Yesung untuk mengantarkan beberapa roti sebagai hidangan kita nanti,” Ujarnya sambil mengacak poniku, kemudian ia beranjak menuju kamar untuk mengambil ponselnya lalu menghubungi Yesung.
    “Gomawo...” Ujar Kyuhyun lalu menutup ponselnya.
    Aku berjalan menghampirinya dan bertanya, “Bagaimana katanya???”
    Kyuhyun tersenyum, senyumnya masih tetap sama, manis lembut dan menghanyutkan. Itulah kesanku ketika melihat senyumnya.
    “Ya, Yesung bersedia mengantarkannya, hmmm... bagaimana kalau kita pergi belanja sekarang, mari kita masak bersama!” Ujarnya dengan semangat, aku pun setuju lalu kemudian kami pun pergi ke supermarket untuk memebeli beberapa bahan untuk kami masak.
    ***
    Author P.O.V
    Sepulangnya dari supermarket, mereka berdua pun memulai acara masak memasak mereka. Kyuhyun dan Seo hyun memang sama- sama pandai memasak. Dan tidak sampai satu jam makanan lezat pun sudah terhidang, Seo hyun yang sudah selesai mandi dan berdandan memutuskan untuk menghias tempat dinner mereka di atas atap, sementara itu Kyuhyun mandi dan bersiap- siap.
    Di atap Seo hyun menata tempat itu seindah dan seromantis mungkin, karena ini merupakan dinner pertamanya dengan Kyuhyun, setelah semuanya selesai, ia beranjak ke sudut di atas atap itu, menopangkan tangannya di selusur tembok yang rendah itu sambil melihat bintang yang memang sangat ramai dan bersinar dengan indah malam itu.
    Tiba- tiba Seo hyun merasakan sepasang tangan melingkar lembut dipinggangnya, tanpa melihat ke belakang, ia sudah bisa memastikan siapa itu.
    “Indah sekali!!!” Ujar Kyuhyun yang terpukau dengan pemandangan malam ini. Ia meletakkan dagunya di puncak kepala Seo hyun, sementara tangannya masih erat memeluk pinggang Seo hyun.
    “Bintangnya... Aku belum pernah bintang sebanyak ini sebelumnya.” Ujar Seo hyun kepalanya mendongak ke atas melihat pemandangan di atasnya.
    Mereka masih dalam posisi itu untuk beberapa lama, memandangi langit malam, memberi nama bintang, bercerita sambil sesekali tertawa.
    “Oppa...” panggil Seo hyun.
    “wae chagi???”
    “Aku sudah lapar, lebih baik kita makan sekarang,” Ujar Seo hyun, kemudian Kyuhyun melepaskan pelukannya, kemudian menggenggam tangan Seo hyun dan menuntunnya ke meja yang sudah dihias dan penuh makanan tentunya.
    Mereka pun akhirnya makan malam ditemani dengan ratusan bahkan mungkin ribuan bintang yang menerangi malam ini.
    ***
    Semakin lama, Kyuhyun dan Seo hyun semakin saling mencintai satu sama lain, sudah 3 bulan ini mereka menjadi sepasang kekasih dan hubungan mereka baik- baik saja. Mereka terlihat bahagia tanpa adanya gangguan dari siapapun, saat ini mereka baru saja pulang dari toko roti milik Kyuhyun tanpa menyadari sepasang mata sudah memperhatikan mereka dengan hati yang terbakar cemburu tentunya.
    “Seo hyun, kau tidak bisa menjadi miliknya! Kau harus menjadi milikku!!!” Ujarnya dengan tegas sambil terus menatap keduanya dengan tatapan paling kejam sedunia.
    ***
    Kyuhyun P.O.V
    Pagi ini aku dan Seo hyun berencana untuk pergi piknik ke pantai dan Seo hyun menyuruhku untuk membelikan perlengkapan kami nantinya di pantai, aku menurut saja dan segera pergi ke Supermarket.
    Ketika sedang dalam perjalanan aku melihat seseorang sepertinya sedang mengawai rumahku, apa mungkin itu Choi Siwon dan pengawal- pengawalnya? Aku tidak tahu dan aku pun segera mempercepat langkahku ke Supermarket lalu segera pulang ke rumah.
    Sesampainya di rumah aku terkejut karena pintu rumahku sudah terbuka, padahal jelas- jelas aku sudah menguncinya sebelum pergi ke supermarket. Dan lebih terkejutnya lagi aku ketika melihat Seo hyun sudah berada di dalam genggaman erat dua orang pria yang pernah masuk ke rumahku sebelumnya dan di sampingnya seorang pria berjas sedang mencoba membujuknya, mungkin dia Choi Siwon, aku segera berlari ke arahnya lau mendaratkan sebuah pukulan keras di wajahnya, ia tampak terkejut dan aku melihat sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah.
    “Oppa... tolong aku!!!!” Seo hyun mulai berteriak dan kemudian menangis, ia betul- betul terlihat ketakutan, Tiba- tiba Siwon melayangkan pukulan kerasnya ke perutku dan aku mulai jatuh tersungkur.
    “Jangan dekati Seo hyun ku!!!!! Dia milikku!!!!! Dia akan menjadi istriku!!! Arraseo????” Ujar Siwon, ia mendekatiku, dan kemudian menendang perutku lagi.
    “OPPAAAAA!!!!” Seo hyun berteriak keras, ia menangis sambil meronta- ronta berusaha melepaskan dirinya dari genggaman kedua pengawalnya itu. Aku berusaha berdiri untuk melawan Siwon, namun, belum sempat aku melakukan perlawanan rupanya seorang pengawal Siwon yang lain mendorongku dengan keras ke sofa, Aku mulai tersungkur lagi.
    “Siwonn!!! Aku mohon jangan sakiti dia!!!! Jangaannn!!!!!!” Tangis Seo hyun mulai menjadi- jadi, namun ia tidak bisa berbuat apa-  apa sepertinya dan aku mengerti itu. Aku mulai berdiri dan mendorong salah satu pengawal itu untuk bisa menggenggam tangannya.
    “Chagi, ka.. kau baik- baik saja????” Tanyaku dengan lemah, Seo hyun menangis melihat keadaanku yang sudah tidak berdaya lagi. Siwon menyuruh pengawal yang lain untuk melepaskan tangan seo hyun yang satu lagi.
    Seo hyun memegang wajahku dengan kedua tangannya, Ia menangis! Dan aku juga menangis, apakah mungkin inilah saatnya kami berpisah??? Ya Tuhan, aku tidak ingin berpisah dengannya, bagaimana bisa aku berpisah dengan cintaku! Ia mulai memelukku,
    “Oppa, maafkan aku sudah membawamu ke dalam masalahku! Mianhae,,,, Mianhae.....” Ujarnya sambil terus menangis, ia terus menerus minta maaf.
    “Gwechanayo! Mungkin kita memang tidak ditakdirkan bersama Seo hyun- ah,” Aku membalas pelukannya dengan tangan gemetar karena aku sudah mulai kehabisan tenaga. Seo hyun kembali menangis, aku rasakan tangan dan pundaknya mulai bergetar.
    “Anni, aku ditakdirkan denganmu Oppa!!!” Ujarnya lagi kali ini dengan tangisan yang lebih keras.
    Tiba- tiba Siwon menarik tangan Seo hyun dengan keras. Ia menarik paksa Seo hyun lebih tepatnya. Seo hyun tampak meronta minta dilepaskan sementara tangan satunya lagi tetap memegang jemariku dengan erat.
    “Oppa!!!!!!! Aku ingin bersamamu!!!! Opppa!!!! Mianhae!!!” Ujar Seo hyun sambil terus menangis, aku berusaha menolongnya lepas dari Seo hyun tanpa terasa aku pun mulai menjatuhkan air mataku dan mulai memanggil namanya.
    “Seo Hyun!!!!!!!!!” Aku berusaha menarik tangannya tapi apa daya, dua orang pengawal Siwon menahanku, berusaha melepaskan tanganku dan tangan Seo hyun. Sementara Siwon berusaha menarik Seo hyun.
    Aku dan Seo hyun berusaha mempertahankan genggaman kami sampai pada akhirnya kami kehabisan tenaga dan pertahanan kami runtuh, perlahan tangan Seo hyun mulai terlepas dari jemariku, sambil terus menangis dan memanggil namaku, ia ditarik Siwon dengan paksa keluar dari rumahku, dan sedetik kemudian aku merasakan satu hantaman keras di tengkuk belakangku dan semuanya gelap.
    ***
    Author P.O.V
    Kyuhyun duduk termenung di sofanya, sudah seminggu ini, ia seperti itu, sejak perginya Seo hyun dari rumahnya, ia merasa kehilangan separuh hatinya, Yesung, Jong hyun dan hyung- hyungnya di toko rotinya sudah berkali- kali datang ke rumahnya untuk menghiburnya, namun hasilnya sama saja, Kyuhyun seperti kehilangan semangat hidup tanpa Seo hyun.
    Ia menjadi pendiam dan mulai sering menyendiri, sahabat- sahabatnya merasa kehilangan sosoknya yang ceria, cerewet dan masih banyak lagi. Sampai pada suatu hari....
    Ting Nong....
    Bel pintu berbunyi, dengan langkah yang terseret- seret Kyuhyun beranjak ke pintu depan bermaksud untuk membukakan pintu, di hadapannya berdiri seorang yeoja berambut pendek sedang membelakanginya. Mendengar pintu sudah terbuka, yeoja itupun berbalik.
    “Annyeong Haseo,” sapa yeoja itu sambil membungkukkan badannya.
    “Anda siapa?? Ada keperluan apa???”
    “Perkenalkan aku Seo Hyo rin, Panggil saja Seo Rin, aku ini adiknya Seo hyun, aku kesini untuk mengantarkan undangan ini untukmu,” Ujarnya sambil menyerahkan sebuah kartu undangan berbentuk persegi panjang dan berhiaskan pita merah di atasnya. Dengan kasar Kyuhyun menerimanya lalu melemparkan undangan itu ke jalan.
    “Apa itu undangan pernikahan Seo hyun dan Siwon??? Aku tidak butuh!!!!!!” Kyuhyun membentak Seo Rin, dan Seo rin benar- benar terkejut dengan sikap Kyuhyun.
    “Aku mencintainya, tapi kenapa dia harus bersama Siwon????” Kyuhyun mulai menangis frustasi. Seo rin hanya bisa terdiam dan semakin teringat cerita Seo hyun tentang namja yang ada dihadapannya sekarang.
    “Aku sarankan kau membaca undangan ini dulu, sebelum kau berteriak- teriak!” Ujar Seo rin sambil memberikan udangan itu langsung ke tangan Kyuhyun.
    “Untuk apa aku membaca ini???? Kau mau melihatku menangis lagi???”
    “Ckk, sudah baca saja! Banyak omong!!” Kyuhyun segera membuka undangan itu dan membaca kalimat demi kalimat yang terdapat dalam undangan tersebut dan alangkah terkejutnya kyuhyun ketika mendapati kalimat itu.....
    “Aku mempelai laki- lakinya??? Apa maksudnya ini????” Kyuhyun masih belum mengerti.
    “Oppa!!!” tiba- tiba Seo hyun muncul sambil membawa beberapa undangan. “oppa, aku baru saja dari toko roti, memberikan undangan pernikahan kita kepada Yesung dan yang lainnya.” Ujar Seo hyun sambil tersenyum. Kyuhyun belum bisa berbicara ia masih sangat shock.
    “Kitaa??? Menikah???” Tanya kyuhyun
    “Sudah tahu kebenarannya kan??? Makanya jangan langsung menangis!!!” Ujar Seo rin, “Kakak, aku ke mobil dulu ya, dadahh!” Pamit Seo rin lalu beranjak meninggalkan Kyuhyun dan Seo hyun.
    “Aa.. apa maksud ini semua??? Siwon bagaimana???” Tanya Kyuhyun.
    “Oppa, kita akan menikah 5 hari lagi, Aku dan kau oppa!!!” Ujar Seo hyun dengan gembira. “Siwon? Siwon pergi ke Amerika karena ia ketahuan menghamili wanita dan ia harus bertanggung jawab dan tidak jadi menikah denganku!” Ujar Seo hyun. Beberapa menit kemudian seo hyun sudah berada dipelukan Kyuhyun yang masih saja hangat dan nyaman.
    “Akhirnya kau kembali Chagi, Saranghae...” Ujar Kyuhyun dengan pelan.
    “Saranghae oppa,” balas Seo hyun. Kyuhyun mengangkat sedikit tubuh Seo hyun dan mulai berputar- putar, tawa meliputi wajahnya mereka. Sampai pada akhirnya.....
    KLIK!
    Sebuah blitz menyambar mereka dan itu berasal dari kamera seseorang, ada yang mengambil gambar kemesraan mereka.
    “Nah, ini pasti bagus untuk foto pra- wedding!” ujarnya yeoja itu.
    “Seo Rin!!!” ujar keduanya serempak.


THE END

Kamis, 05 Juli 2012

YOGYAKARTA ^CERPEN CAIK^

Yogyakarta, bandara Adi Sucipto Selasa 13 Juli 2012
.
.
.

Oik menjejakkan kakinya di lantai bandara sambil menggeret kopernya, dibelakangnya seorang pria sibuk mengutak- atik kamera DSLR miliknya, memutar- mutar lensanya sambil sesekali membersihkannya.
            “Ray, lo bisa cepat sedikit ga sih???” Ujar Oik setengah membentak, ia nampaknya kesal dengan tingkah sahabatnya yang memang terbilanag lamban dalam melakukan segala sesuatu.
            “Iya ik, iya...” jawab pria yang dipanggil ‘Ray’ itu, Kemudian ia menggantungkan tali kamera itu di lehernya dan segera berlari kecil mengejar Oik.
            Oik dan pria yang ternyata bernama Ray itu pun, segera berjalan menuju pintu kedatangan, terlihatlah hiruk pikuk bandara tersebut. Ada yang hendak mengantarkan sanak saudaranya, sebaliknya ada juga yang menunggu kedatangan sanak saudaranya.
            “Yogyakarta, aku datang lagi...” Batin Oik sambil tersenyum.
            “Ik, sebenarnya kita mau kemana sih???” Tanya Ray yang kini sedang sibuk BBM-an dengan Kakaknya.
            Oik tetap diam, ia terus berjalan membelah keramaian bandara tersebut, Ray yang bingung akhirnya memilih untuk diam dan mengikuti langkah Oik.        Sesampainya di luar bandara, Oik memberhentikan sebuah taksi, keduanya pun segera masuk ke dalam taksi tersebut dan dalam hitungan detik, taksi tersebut pun melesat meninggalkan bandara.
            ***
            “Hhhhfttt... capek....” Ujar Oik dan langsung merebahkan diri di atas spring bed hotel tersebut. Ray masih dengan kesusahannya menggeret dua buah koper, miliknya dan milik Oik.
            “Kita mau ngapain ke Jogja Ik????” Tanya Ray lagi, kini Oik langsung bangkit lalu duduk di tepi ranjangnya.
            “Kita mau ketemu Cakka...”
            “Ohyaa??? Serius Ik???? Wahhh, gue jadi ga sabar Ik, pengen ketemu cowo yang lo bilang sempurna itu,” ujar Ray sambil tersenyum, Oik hanya mengangguk lemah.
            “Tapi, perjalanan kita besok ke tempatnya Cakka gue sambil cerita aja yaa.. kesannya gue nostalgia gitu ingat masa- masa gue sama dia,” tambah Oik lagi. Ray hanya mengangguk.
            “Oke deh Ik, gue mau ke kamar gue dulu yaa, nanti malam kita makan malam di luar aja ya...” Pamit Ray lalu kemudian keluar dari kamar Oik. Oik kembali termenung mencoba memutar memori masa lalunya antara ia dengan laki- laki yang bernama Cakka itu.
            ***
            “Kita mulai rutenya dari mana nih, Ik??” Tanya Ray yang sudah siap dengan penampilannya, perlengkapannya dan tidak lupa kamera kesayangannya.
            “just follow me, okay???” ujar Oik sambil mengerlingkan matanya.
            Mereka pun berjalan menyusuri trotoar yang terdapat di jalan besar itu. Para pedagang kaki lima mulai menjajakan barang dagangannya ketika mereka berdua melewati para pedagang tersebut, sesekali Ray memotret fenomena sosial yang ada dihadapannya itu.
            Sampai pada akhirnya tibalah keduanya di depan sebuah kios penjual bunga, Oik seakan diajak mem- flashback kenangan yang terekam di memori otak belakangnya, ya, disini awal pertemuannya dengan dia...
            “Permisi mbak, bunga anggrek bulannya masih ada???” Tanya Oik kepada perempuan penjaga kios bunga tersebut.
            “Wahh, kebetulan mbak, tinggal satu lagi ini..” Jawab si penjual itu sambil hendak menyerahkan satu buket anggrek bulan itu kepada Oik. Belum sampai bunga itu ke tangan Oik, sebuah tangan lain langsung menyergap bunga itu.
            “Ehhhh, mas!!! Itu saya duluan yang beli, ga boleh seenaknya ngambil dong,” ujar Oik dengan kesal. Laki- laki yang mengambil bunga itu langsung mengalihkan pandangannya kepada sosok yang sedang cemberut di hadapannya.
            “Emang situ sudah kasih uangnya sama mbak ini?? Belumkan???” Balas laki- laki itu dengan sengit.
            “Aduh, please.. balikin bunga itu deh, bunga itu udah gue incar- incar dari dulu..” Ujar Oik kali ini dengan nada memelas. Laki- laki itu nampak berpikir sambil memandangi Oik dari ujung kaki sampai ujung kepala.
            “Oke saya akan kembalikan bunga ini tapi ada syaratnya mbak.” Ujar Laki- laki tersebut.
            Oik nampak terkejut dengan penawran si laki- laki tak tahu etika itu, tapi apa boleh buat ia harus mau jika ia ingin bunga itu kembali ke dalam tangannya.
            “Syaratnya apa?”
            “Syaratnya kita kenalan dulu! Nama aku Cakka.. nama kamu???” Ujar laki- laki bernama Cakka itu, sambil mengulurkan tangannya ke arah Oik.
            Dengan ragu Oik menerima uluran tangan tersebut sambil menyebutkan namanya. “Oik. Oik Ramadlani”
            “Nama yang unik, boleh minta nomor kamu kan???” Tanya Cakka sekali lagi. Kali ini Oik menggeleng cepat.
            “Ya udah kalo ga mau, bunga ini ga bakal balik ke kamu,” ujar Cakka siap- siap menyerahkan uang kepada penjual bunga tersebut.
            “Eeeeee... jangan.... jangan...! oke gue bakal kasih nomor gue 08562345xxxx” Ujar Oik menyebutkan digit nomor handphonenya, sementara Cakka mencatatnya di notes kecilnya.
            “Siiippp deh, nih bunganya,” ujar Cakka sambil memberikan bunga itu kepada Oik lalu menyerahkan selembar uang seratus ribu kepada si penjual bunga itu. Oik tambah shock, namun ia tidak bisa protes karena Cakka sudah berlari meninggalkannya.
            “Wahh, seru banget pertemuan lo sama si Cakka, baik banget dia yaa...” Ujar Ray setelah mendengar cerita Oik. Ia langsung mengambil gambar kios penjualan bunga tersebut.
            “Semenjak itu Cakka jadi rajin sms gue bahkan telepon gue....” Ujar oik dengan pelan.
            “Pantesan lo kayaknya cinta mati sama dia, pertemuan lo sama dia aja beuhh, so sweet deh menurut gue.”
            Oik hanya tersenyum pahit, mengingat kenangan itu. Perlahan ia merasakan matanya mulai memanas dan butiran- butiran air mengalir keluar dari kedua matanya. Ia terisak sambil menahan perih yang ia rasakan di hatinya. Ray langsung menghentikan kegiatannya memotret ketika ia mendengar suara isak tangis dari Oik.
            “Lhaaa.. kok lo nangis sih Ik???” Ujar Ray sambil mengelus- elus pundak Oik. Ia menarik Oik ke dalam pelukannya berharap Oik sedikit lebih tenang. Beberapa menit kemudian Oik melepaskan dirinya dari pelukan Ray dan langsung menghapus airmatanya.
            “Jiahh, lo pasti terharu inget perkenalan kalian, sampe nangis gini...” Ujar Ray sambil sedikit tertawa. Oik hanya tersenyum.
            “Hahaha iya kali yakk, mata gue ga bengkak kan Ray??” Tanya Oik.
            Ray menggelengkan kepalanya lalu kembali mengelus pundak Oik.
            “Yokk, kita lanjutin perjalanan kita..” Ajak oik. Mereka kembali menyusuri trotoar tersebut. Kemudian, Oik memberhentikan sebuah becak dayung.
            “Hahh??? Lo ga lagi stress kan Ik?? Kita naik becak???” pekik Ray tertahan. Sementara Oik hanya mengangguk sambil tersenyum.
            “Sejak kapan lo mau naik becak?? Di Jakarta hampir setiap hari gue lihat lo gonta ganti mobil dan ga pernah gue lihat sekalipun lo naik becak...” Ujar Ray yang masih terkejut.
            “Udah deh naik aja.. seru tahu jalan- jalan naik becak..” Ujar Oik lalu kemudian duduk di bangku becak tersebut. Ray masih berdiri sepertinya ia masih enggan untuk mengikuti Oik.
            “Apa ini semua gara- gara Cakka???” Tanya Ray sambil kemudian duduk di samping Oik.
            Oik hanya mengangguk kecil.
            “Cakka, lo mau ngajak gue kemana???” Tanya Oik dengan penasaran.
            “Lo maunya kemana?” Cakka balik bertanya.
            Oik hanya mendecak kesal, dalam hati sebenarnya ia ingin memaki- maki Cakka, tapi entah kenapa htinya sepertinya bertolak belakang dengan pikirannya.
            Cakka memberhentikan sebuah becak dayung. Dan sedetik kemudian Oik langsung memekik keras.
            “WHATTT??? Lo mau ngajak gue naik becak??? No, Don’t hope it...”
            “Come on Ik, ini seru! kamu bakal bisa melihat bahkan menyapa orang- orang kalo kamu naik becak..”
            Merasa tidak akan memenangkan perdebatannya, Oik pun mengalah dan langsung duduk di bangku becak tersebut. Sesekali tangan mungilnya melakukan gerakan mengipas ke arah wajahnya.
            “Kepanasan ya???” Tanya Cakka dengan lembut.
            “Banget!!! Seumur- umur gue belum pernah naik becak!” Jawab Oik dengan kesal, kemudian ia pun mengambil tissue dari dalam tas kecilnya lalu mengelap wajahnya yang sudah banjir keringat.
            Cakka hanya tertawa kecil melihat tingkah Oik, selama di perjalanan Cakka berusaha ramah pada setiap orang yang dilihatnya, dengan tersenyum bahkan menegur orang itu. Oik cukup menganga dibuatnya.
            “Cakka lo sok tebar pesona banget sih????” Ujar Oik sambil mencubit lengan Cakka, Cakka tampak meng- aduh, namun, sedetik kemudian ia tertawa.
            “Hahahaha... Oik, oik.... itu bukan tebar  pesona namanya, itu namanya ramah,” jawab Cakka sambil mengacak poni Oik dengan lembut.
            “Wesssss..... mantep juga dia, sukses bikin lo jadi orang paling ramah di komplek,” ujar Ray sambil tetap memotret suasana dijalan kota tersebut. “Padahal kita sama- sama tahu kalo lo tuh, orang paling anti sosial yang pernah gue temui,” tambah Ray lagi dan kali ini disambut sebuah cubitan halus dari Oik di pingangnya.
            “Ray, lo rese banget yaaa...”
            ***
            Oik segera membuka sendalnya lalu berlari di atas hamparan pasir putih pantai tersebut, dan tanpa disadarinya kamera milik Ray sedari tadi terus membidik senyumnya dan wajahnya tentu saja.
            “Ray!!!! Sini!!!!!” Ujar Oik setengah berteriak karena posisi mereka memang sudah agak jauh. Ray segera melepas sendalnya dan berlari menemui Oik.
            “Disini ada cerita apa Ik????” Tanya Ray sembari mengambil beberapa gambar dari sudut pantai ini.
            Oik tersenyum malu,
            Cakka menarik Oik sampai ke tengah pantai tersebut, pasirnya yang putih dan udaranya yang menyejukkan memang menjadi ciri khas tersendiri pantai itu. Oik bertanya- tanya mengapa Cakka mengajaknya ke tengah pantai yang pada saat itu sedang panas- panasnya, kelihatannya sih, matahari itu sedang menantang manusia untuk melawan sinarnya.
            “Aduh, Cakka... lo mau ngapain sih ngajak gue ke tengah- tengah?? Panas tahu!!! Lo liat tuh matahari lagi marah...” Oik mulai meracau, Cakka hanya tertawa kecil mendengar perkataan Oik.
            “Would you be my girlfriend???” Ujar Cakka dan sukses membuat mata mungil Oik membulat.
            “Aa... aa... ap.. apa???”
            “Would you be my girlfriend Oik Ramadlani????” Kali ini Cakka berusaha meyakinkan Oik dengan menggenggam kedua tangannya.
            “Kenapa lo bilang gitu??? Sejak kapan lo suka sama gue???? Dan kenapa lo suka sama gue????” Pertanyaan bertubi- tubi itu berhasil diungkapkan Oik setelah ia benar- benar berhasil mengembalikan nyawanya.
            “Karena aku suka sama kamu, sayang sama kamu, dan cinta sama kamu. Kamu ga perlu tahu mulai kapan aku suka sama kamu yang perlu kamu tau rasa yang ada di hati aku sekarang itu bakal tetap ada sampai kapanpun, dan... kenapa aku suka sama kamu.. yaaa... karena kamu adalah Oik, Oik yang benar- benar bisa membuat hariku berwarna dan bervariasi I Love You..” Ujar Cakka dan kali ini Oik benar- benar speechless dibuatnya.
            “Gimana Ik????”
            Oik hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum malu, sejujurnya ia memang sudah menyukai Cakka sejak pertemuan pertamanya, jadi ia memang sangat mengharapkan moment seperti ini.
            “Oh iya, satu lagi pertanyaan kamu kenapa aku bawa kamu ke tengah ini adalah.. supaya Matahari tahu, awan tahu, dan laut pun tahu kalau saat ini aku memberikan cintaku hanya untukmu....” Ujar Cakka sekali lagi. Oik mendongakkan kepalanya dan mendapati Cakka sedang menatapnya dalam, perlahan namun pasti Cakka mendekatkan wajahnya ke wajah Oik yang kini sudah mulai menutup matanya dan beberapa detik kemudian Oik merasakan sesuatu yang lembut, basah dan manis sedang menekan dan melumat halus bibir mungilnya. Yaa.... Cakka menciumnya dan ini merupakan first kiss nya.
            Setelah beberapa menit kedua bibir itu bertaut mereka pun saling melepaskan dan kemudian sama- sama tertunduk malu, Cakka langsung menarik Oik ke dalam pelukannya lalu membisikkan sesuatu di telinga Oik.
            “You’re my first lady, you’re my first love, and you’re my first kiss I love you,”
            “I love you more.” Balas Oik.
            “Cieeee... cieee... baru jadian langsung kiss- kiss- an, hahahahaiii... by the way kata- katanya yang bilang karena kamu adalah Oik itu, gue suka banget! Itu berarti dia memang benar- benar mencintai lo apa adanya, lo beruntung kenal sama dia...” Ujar Ray sambil sedikit menggoda Oik.
            “Sangat beruntung malahan Ray, gue ga pernah sebahagia itu sebelumnya...” Ujar Oik sambil memandang lurus ke laut yang ada dihadapannya.
             Ray memalingkan wajahnya ke arah Oik. Perlahan ia mendekatkan wajahnya ke wajah Oik dan...
            Cuppp..
            Ia mencium pipi kanan Oik dan segera berlari meninggalkan Oik yang sudah berteriak- teriak memanggil namanya.
            “RAAAYYY GILAAA!!!! Sini lo!!!! Aaaa, lo ngapain cium pipi gue tanpa izin???? Awas lo yaaa!!!” Ujar Oik sambil mulai mengejar Ray yang tampak sedang memotret dirinya.
            ***
            Jam menunjukkan pukul 12.30 tanpa terasa mereka sudah berkeliling setengah hari menyusuri tempat- temapt menarik di Yogyakarta.
            “Makan siang dulu yuk Ik, laper nih....” Ujar Ray sambil memegangi perutnya yang sedari tadi sudah keroncongan.
            “Ayo ikut gue, gue tahu tempat makan paling enak di jogja..” Ujar Oik lalu mulai berjalan meninggalkan Ray. Selama perjalanan Ray hanya bisa mengeluh karen memang perjalanannya cukup jauh dan melelahkan.
            Akhirnya  tibalah mereka di sebuah warung makan sederhana, mereka pun masuk ke dalamnya dan mulai duduk bersila di atas sebuah lesehan yang di alasi tikar sederhana. Ray memandangi segala sudut rumah makan tersebut dan mulai membidikkan kameranya ke objek yang menurutnya menarik.
            “Ik, tempat ini punya feel tersendiri lho buat gue,” ujar Ray.
            “Ohya??? Lo tahu??? Gue pernah ngamen di warung ini...” Ujar Oik sambil tersenyum.
            “Serius lo??”
            Oik menganggukkan kepalanya.
            Lagi- lagi Cakka harus menutup kupingnya ketika Oik berteriak tanda protes karena  kali ini ia mengajaknya kencan di warung sederhana yang tidak punya kursi hanya ada tikar di atas lesehan dan itu membuat Oik sedikit merinding melihatnya.
            “Cakka!!! Kamu ga romantis banget sih... dimana- mana kalo nge- date tuh di tempat- tempat yang romantis lhaaa, ini... masa di lesehan????? Cakkaaa ga seru ini mah...” protes Oik dengan keras.
            “Sayang.. makanan disini ga kalah enak sma makanan- makanan di resto, coba aja deh... Pasti ketagihan nanti.” Cakka berusaha membujuk Oik agar mau masuk bersamanya ke dalam warung makan tersebut.
             “Tapi, kalo aku sakit perut kamu harus tanggung  jawab yah???” Ujar Oik sedikit mengancam.
            Cakka hanya tersenyum lalu menuntun Oik masuk ke warung tersebut dan duduk di lesehan tersebut. Belum ada beberapa menit segerombalan anak kecil yang kotor dan dekil mendtangi mereka sambil memainkan sebuah alat musik yang terbuat dari botol air mineral dan kaleng yang sungguh memekakkan telinga.
            “Cakka, suruh mereka pergi dong, aku jijik nih..” Ujar Oik setengah berbisik.
            “Jangan... dengar, suara mereka tuh ibarat suara Tuhan yang menyuruh kita supaya berbuat amal,” ujar Cakka dengan lembut dan tatapan sayunya, mau tidak mau Oik pun harus mengaku kalah terhadap Cakka. “Ehh, mau coba ngamen kayak mereka Ik??”
            Oik langsung shock sejadi- jadinya mendengar ajakan Cakka dan dengan cepat ia menggeleng.
            “Cakka jangan ngajak yang ngga- ngga dehh,”
            “Aku serius Ik....”
            Oik menatap Cakka seakan meminta penjelasan sekali lagi, namun, tetap saja Cakka benar- benar ingin mewujudkan keinginannya untuk mengamen. Oik menghela nafas panjang sebelum menjawab,
            “oke aku mau, tapi sebentar aja ya...” ujar Oik sedikit ragu, Cakka mengacak poninya sebelum ia mengadakan negosiasi dengan pengamen cilik tadi.
            Beberapa menit kemudian Cakka pun datang dengan beberapa alat musik yang berhasil dipinjamnya dari pengamen- pengamen tadi.
            “Tugas kamu hanya pegang bungkusan ini, terus sodorin ke pengunjung ya... Aku aja yang nyanyi, Oke??” Cakka kemudian menyerahkan sebuah bungkusan permen yang biasanya digunakan untuk menampung uang pemberian orang- orang, Oik menerimanya dengan penuh keragu- raguan.
            “Ayo dong Ik, senyum.. gimana kita bisa dapat uang nantinya kalo kamu ga nunjukin sifat ramah kamu,” ujar Cakka memberi motivasi, perlahan Oik menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Cakka cukup puas melihat senyuman manis kekasihnya tersebut, ia pun mulai menarik Oik menghampiri salah satu meja pengunjung di warung tersebut.
            “Permisi, Mas.. Mbak... kami ingin menghibur Mas dan Mbak sembari mas dan Mbak mencicipi hidangannya, harap didengarkan...” Ujar Cakka, kedua pengunjung itu tampak antusias melihat kedatangan Cakka dan Oik. Bagaimana tidak Cakka dan Oik saat itu sedang berpakaian rapi dan tampang  mereka menunjukkan tampang orang- orang berkecukupan.

Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu..
Masih seperti dulu tiap sudut menyapaku bersahabat,
Penuh selaksa warna..
Terhanyut aku akan nostalgia, saat kita sering luangkan waktu..
Nikmati bersama suasana Jogja....
Di persimpangan langkahku terhenti,
ramai kaki lima, menjajakan sajian khas berselera,
orang duduk bersila....
Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu,
merintih sendiri ditelan deru kotamu...

Cakka menyelesaikan lagunya dengan sempurna dan mendapatkan applause yang meriah dari para pengunjung warung tersebut, termasuk si pemilik warung itu. Cakka langsung menebarkan senyumannya, sementara Oik menyodorkan bungkusan yang ada digenggamannya, para pengunjung pun mulai mengisi bungkusan itu dengan uang, dalam hati Oik mengagumi suara Cakka yang benar- benar amazing!
“Mas kenapa ga jadi penyanyi aja?? Suaranya keren lho...” Ujar salah satu pengunjung.
“Itu saya diskusikan dulu sama istri saya mas..” Jawab Cakka asal- asalan dan langsung mendapat satu cubitan kecil dari Oik dipinggangnya.
Para pengunjung tertawa melihat tingkah lucu Cakka dan Oik, mereka pun pamitan untuk pulang setelah membayar makanannya kepada si pemilik warung tersebut. Sesampainya di luar, mereka bertemu dengan pengamen tadi dan memberikan hasil mengamen tadi. Setelahnya para pengamen itupun pergi dengan riang gembira.
“Lhaa, kok dikasih semua sih????” Oik sedikit tidak terima karena hasil perjuangannya melawan rasa malunya tadi tidak ia terima.
“Oik sayang... kita sedang beramal saat ini, percaya deh, kita bakal dapat pahala yang lebih banyak dari tadi..”
“Tapi, sayang... kamu tau ga aku tuh udah berjuang mati- matian melawan rasa malu aku.. masa ga dapat apa- apa???”
Cakka mengangkat dagu Oik dengan tangan kanannya lalu menyapu sudut bibir Oik, kemudian tersenyum.
“Udah dapatkan sayang?? Itu spesial dari aku, karena kamu berhasil melawan segala rasa gengsi kamu, rasa malu kamu, dan rasa ragu- ragu kamu...” Ujar Cakka lalu menarik Oik ke dalam pelukannya, dan Oik pun mulai merasakan dirinya jatuh, jatuh ke dalam hati Cakka yang begitu sederhana, baik dan penuh cinta tentunya.
“Hadiah yang spesial dari orang yang spesial... Hmmmm, menarik,” ujar Ray, kemudian ia mulai menyantap makanan yang sudah terhidang dihadapannya.
Tiba- tiba ketika mereka sedang asyik- asyiknya menyantap makanan mereka, beberapa anak- anak yang berpenampilan acak- acakan dan kotor datang menghampiri mereka Oik seperti merasakan de javu , Ray segera melirik Oik sambil tersenyum, Oik mengerti maksud Ray dan segera menemui pengamen- pengamen itu lalu bernegosiasi seperti yang dilakukan Cakka waktu itu.
***
“Tempat terakhir sebelum kita menemui Cakka...” Ujar Oik, saat ini mereka sedang berada di dalam sebuah angkutan umum.
“gue makin ga sabar buat ketemu Cakka, penasaran nih..” Ujar Ray mengutak- atik kameranya.
Mobil itupun berhenti di sebuah gerbang yang bertuliskan ‘SELAMAT DATANG DI TAMAN WONOSARI’. Ray membidik tulisan itu dengan kameranya.
“Kita masuk ke dalam Ik????”
Oik menganggukkan kepalanya, lalu melangkah menjejaki tanah lembab taman itu, ia memandangi bunga di taman itu satu per satu sebelum akhirnya ia meminta izin kepada penjaga taman untuk memetikkannya beberapa bunga anggrek bulan.
“Bunga anggrek bulan, jadi ingat cerita pertemuan kalian,” ujar Ray. Oik hanya tersenyum.
“Disini, tepat di kerumunan bunga anggrek bulan ini, Cakka melamar gue.”
“Wawwww... serius???? Ceritain dong...”
Cakka masih menutup mata Oik dengan kedua tangannya, sambil menuntun Oik berjalan di taman bunga itu, perlahan Oik mencium bau khas bunga anggrek bulan, dan sedetik kemudian Cakka melepaskan kedua tangannya dari mata Oik.
Dan Oik tampak terpukau karena hamparan bunga anggrek bulan disekitarnya,
“Ingat ga, waktu pertama kali kita kenalan, kita lagi memperebutkan bunga ini??” Tanya Cakka lembut. Oik hanya mampu mengangguk.
Cakka segera mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah dari saku celananya, dan langsung mengeluarkan sebuah cincin putih yang sangat indah.
“Oik... menikahlah denganku..”
Lagi- lagi Oik hanya bisa menunjukkan ekspresi terkejutnya. Sementara Cakka terlihat harap- harap cemas menunggu jawaban dari Oik.
“Cakka, ini tuh telalu cepat, baru 6 bulan kita pacaran tapi kamu langsung ngelamar aku..” Ujar Oik. Bukannya Oik tidak mau menerima lamaran Cakka, hanya di hatinya masih ada ketakutan dan keraguan.
“Oik, kamu masih ragu kalau aku benar- benar cinta sama kamu???” Ujar Cakka seolah- olah tahu isi hati oik.
Oik mengangguk pelan.
“Ik, kamu tahu bagaimana perasaanku setiap ada di dekat kamu?” Tanya Cakka, Oik hanya bisa menggeleng.
“Rasanya seperti tersengat aliran listrik beribu- ribu volt, jantungku berdegup tak karuan, setiap bertemu kamu, aku ingin memelukmu dan menciummu sebagai tanda aku mencintaimu, aku benar- benar mencintaimu Oik.” Oik mulai yakin terhadap perasaan Cakka.
“Menikahlah denganku, kita akan jalani hidup ini bersama- sama, kita akan mengurus rumah kita kelak berdua saja, kita akan mengurus anak- anak kita nantinya, aku yakin bersama denganmu hidup ini akan menjadi semakin berwarna.” Ujar Cakka dan langsung disambut anggukan dari Oik yangsepertinya sudah menahan tangisan harunya, Cakka segera menyematkan cincin itu di jari manis tangan kiri Oik, lalu kemudian mencium bibirnya untuk beberapa menit.
“Terimakasih Oik, sudah mau menjadi bagian di hidupku..” bisik Cakka.
Ray memetik salah satu bunga anggrek bulan itu lalu menyematkannya di daun telinga Oik.
“Kamu makin cantik dengan bunga itu,” ucap Ray kemudian menatap  Oik.
“Thanks, disinilah akhir segala ceritaku.. ayo kita ke tempat Cakka..” Ujar Oik sambil menarik lengan Ray sementara itu di tangan kanannya Oik menggenggam seikat bunga anggrek bulan.
***
Ray dan Oik memasuki sebuah lahan luas yang terdapat banyak gundukan tanah, Ray tampak kebingungan melihat sekitarnya.
“Ik, kok kita kesini sih??? Katanya mau ke tempat Cakka???” Ujar Ray. Oik hanya diam dan terus berjalan sampai akhirnya ia tiba di sebuah makam yang sudah terhias indah. Ia pun mengelus batu nisan yang bertuliskan ‘CAKKA KAWEKAS NURAGA’
“Mak... maksud lo, Cakka udah....” Ray tampak shock dan terkejut melihat makam yang ada dihadapannya. Oik segera berlutut di samping nisan itu.
“Hai, Kka.. aku datang lagi, aku menepati janjiku kan???” Ujar Oik dengan pelan perlahan kristal- kristal air mulai mengalir deras keluar dari matanya. Ia mulai menangis, menangisi tunangannya yang sudah tiada. Ray masih cukup shock melihat kebenaran di depannya.
“Udah yang keberapa kalinya lo kesini Ik??” Tanya Ray sambil ikut mengambil posisi seperti Oik.
“Kedua kalinya, dan hal ini akan gue lakuin sampai seumur hidup gue,” Ujar Oik sambil terisak.
“Lo bener- bener mencintainya ya, sampai lo punya rencana kayak gitu, gue mau kok temanin lo kesini..” Ujar Ray. Oik masih larut dalam tangisannya sambil terus mengelus batu nisan yang ada di atas makam Cakka.
“Cakka, aku bawa bunga anggrek bulan, bunga pemersatu kita..” Ujar Oik sambil tersenyum pahit lalu meletakkan bunga itu di atas makam Cakka.
“Makasih udah pernah mengisi hidup aku, Cakka... Aku benar- benar mencintaimu,’ Ujar Oik dan kali ini tangisannya makin kencang dan pundaknya terlihat mulai bergetar. Ray menarik Oik untuk besandar di pundaknya, lalu mengelus pundak Oik dengan lembut.
“Gue yakin Cakka pasti senang lo bawain dia bunga anggrek bulan..” ujar Ray.
Oik mengangkat kepalanya dari pundak Ray dan mulai menghapus airmatanya,
“Makasih ya Ray, udah mau temanin gue kesini...” Ujar Oik yang masih sesegukan sementara Ray hanya mengangguk.
“Oke, Ik.. udah jam setengah lima nih, kayaknya kita harus balik ke hotel, yok..” Ajak Ray dan mereka pun segera bangkit berdiri, Oik berjalan duluan sementara Ray di belakangnya, Oik semakin jauh berjalan di depannya, Tiba- tiba Ray melihat sosok  Cakka yang berpakaian serba putih sedang tersenyum ke arahnya, ia pun membalas senyuman itu. Dan perlahan sosok itu pun menghilang.
“Ray!!! Cepat, udah sore...” Ujar Oik setengah berteriak, kemudian Ray pun menyusul Oik.
“Ik, kalo bunga pemersatu lo sama Cakka bunga anggrek bulan, pemesatu kita bunga apa??????”
Oik hanya bisa membulatkan matanya menatap Ray yang sedang tersenyum menunggu jawabannya.
***
            Oik kembali ke makam itu, ini sudah yang ke empat kalinya ia berkunjung ke jogja dan makam Cakka tentunya, kali ini disampingnya sudah ada Ray yang sedang menggendong seorang anak kecil yang kira- kira berumur 2 tahun.
            Ray akhirnya menikah dengan Oik, dan selama ia menikah dengan Oik ia tidak pernah melarang untuk mengunjungi makam Cakka. Bahkan ia selalu setia menemani Oik.
            “Cakka aku datang lagi, bareng Ray lagi...” Ujar Oik kali ini ia sudah mulai bisa tersenyum tegar.
            “Kenalin ini anak kami namanya Cakka juga.. gapapa kan aku pake nama kamu?? Biar bisa inget kamu terus...” Ujar Oik. Ray hanya tersenyum sambil tetap menggendong putranya.
            Oik kembali mengelus batu nisan itu dan kemudian meletakkan bunga anggrek bulan di atas makam itu. Ia pun bangkit berdiri dan keluarga kecil itu pun meninggalkan makam itu diiringi hembusan angin sejuk.








Yogyakarta_End